SETIAP UMATKU AKAN MASUK SURGA KECUALI YANG ENGGAN
Bismillaahirrahmaanirrahiimi
Assalamualaikum Warahmatullai Wabarkaatuh
#Oleh: Abu Samah Al-Hafidz
setiap insan pasti menginginkan pada simpulan hidupnya kelak ia akan masuk surga, lantaran nirwana yaitu suatu daerah yang sangat indah, sampai-sampai Nabi menggambarkan keindahan nirwana itu belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan tidak ada satu orangpun yang bisa membayangkannya saat ia hidup, dan di dalam Alquranpun banyak sekali ayat-ayat yang menunjukan ihwal keindahan surga, oleh lantaran itu tiap orang pasti menginginkan masuk surga, walaupun ada juga orang yang tidak mau memasukinya. mengapa ana tulis ada orang yang tidak mau masuk surga? Karena Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abu Hurairah, Ia berkata ; Rasulullah SAW bersabda, “ bantu-membantu semua umatKu akan masuk surga, kecuali orang yang tidak mau”. Para sobat bertanya, “ya Rasulullah, siapakah orang yang tidak mau itu?”. Beliau SAW bersabda, “ barang siapa yang menthaatiKu, ia pasti masuk surga, dan barangsiapa yang mendurhakaiKu, maka berarti ia tidak mau”.(HR. Bukhary Juz 8,hal.139)
Dalam hadits tersebut Nabi menyampaikan bahwa semua umatnya nanti akan masuk surga, kecuali yang tidak mau, kemudian para sobat terheran-heran ko’ ada orang yang tidak mau masuk nirwana , itu siapa? kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah. Yang tidak mau masuk nirwana itu siapa ya Rasulullah? Lalu Beliau menjawab, siapa saja yang taat padaKu, pasti ia masuk surga, dan siapa yang tidak taat padaKu berarti ia tidak mau masuk surga.
Setelah memahami Hadits diatas, kini posisi kita dimana, apakah selama ini kita sudah taat pada Rasulullah, dengan mengikuti sunnah-sunnah Beliau, yang dengan ketaatan kita itu akan membawa kesurga. Atau selama ini kita malah mendurhakai beliau, dalam arti apabila kita diajak untuk kembali kepada Allah dan Rasulullah, malah kita jawab, “tidak, cukuplah kami mengikuti bapak-bapak dan nenek moyang kami mengerjakannya”.
Maknanya, setiap umat dia Shallallahu 'Alaihi Wasallam –kita termasuk di dalamnya- yang menaati dia dan mengikuti jalan hidupnya pasti akan masuk surga. Sedangkan siapa yang tidak mau mengikuti dia sungguh ia orang yang enggan masuk surga. Hal ini lantaran nirwana ada jalannya dan mempunyai sebab-sebab yang harus diusahakan. Siapa yang menempuh jalannya dan mengusahakan sebabnya maka ia akan hingga kepada surga. Jalan dan lantaran tersebut yaitu mengikuti jalan hidup Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan menaati beliau.
Orang yang mengikuti Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yaitu orang yang mentauhidkan Allah, istiqamah di atas syariat yang dia bawa, mendirikan shalat, menunaikan zakat, bepuasa Ramadhan, birrul walidain, menjauhi larangan-larangan Allah berupa zina, minum minuman memabukkan, dan selainnya; maka orang menyerupai ini akan masuk surga. Kenapa, lantaran ia telah mengikuti Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Adapun orang yang tidak bersedia mengikuti jalan hidup Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan tidak mau mentaatinya serta tidak mau tunduk kepada fatwa yang dia bawa maka orang ini telah menolak atau enggan masuk surga. Artinya, orang ini telah enggan masuk nirwana dengan amal-amal buruknya. Inilah makna hadits yang dijelaskan Syaikh Ibnu Bazz rahimahullah.
“ orang yang tidak bersedia mengikuti jalan hidup Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan tidak mau mentaatinya serta tidak mau tunduk kepada fatwa yang dia bawa maka orang ini telah menolak atau enggan masuk surge”
Orang yang Akan Masuk Surga
Menaati Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan mengikuti jalan hidupnya akan menghantarkan seseorang kepada jannah Allah Ta'ala. Karena siapa yang mentaati dia pasti ia mentaati Allah Ta'ala. Sebabnya, karena dia hanya memberikan wahyu dari Allah dan bukan dari hawa nafsunya sendiri. Maka Allah firmankan,
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
"Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka bantu-membantu dia telah menaati Allah." (QS. Al-Nisa': 80
Kita temukan dalam banyak ayat, orang-orang yang akan masuk ke jannah. Yaitu orang yang menyerahkan diri kepada Allah untuk tunduk patuh kepada-Nya dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semua ini merupakan inti dari dakwah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
"Dan siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik pria maupun perempuan sedang ia orang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam nirwana dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun." (QS. Al-Nisa': 124)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Dan barang siapa mengerjakan amal yang saleh baik pria maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab." (QS. Ghaafir: 40)
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئًا
"Kecuali orang yang bertobat, beriman dan bersedekah saleh, maka mereka itu akan masuk nirwana dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun." (QS. Maryam: 60)
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka awet di dalamnya; sebagai akhir atas apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Ahqaaf: 13-14), ayat-ayat serupa masih sangat banyak.
Akhlak yaitu cerminan dari hati seorang muslim. Sehingga, perangai yang penuh sopan santun dan sopan santun merupakan citra dari apa yang ada di dalam hatinya. Sebaliknya, tutur kata yang tidak beradab, perilaku yang jelek, itupun merupakan citra isi hati seseorang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah, di dalam jasad ada segumpal daging. Apabila baik, maka oke seluruh jasadnya, dan apabila rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, dia yaitu hati.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Abdillah An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma)
Bahkan sopan santun yang baik yaitu bukti kebenaran dogma seseorang. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang paling tepat imannya yaitu yang paling baik akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi, Kitab Ar-Radha’ Bab Ma Ja`a fi Haqqil Mar`ah ‘ala Zaujiha, no. 1082, dishahihkan oleh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ no. 1232)
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberitakan kepada kita ihwal sopan santun Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Dan bantu-membantu engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya ihwal sopan santun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menjawab:
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
“Akhlak dia yaitu Al-Qur`an.” (HR. Muslim)
Karena sopan santun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Al-Qur`an, maka sanggup kita ambil kesimpulan bahwa sopan santun itu meliputi agama Islam secara keseluruhan. Baik sopan santun terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, terhadap rasul-rasul-Nya ‘alaihimussalama, kitab-kitab-Nya, maupun sopan santun terhadap hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lainnya.
Dari sini pula kita dapatkan bahwa kebanyakan orang masih berpandangan sempit ihwal akhlak. Seakan-akan, sopan santun hanya terbatas pada tutur kata dan penampilan yang menarik saja.
Padahal cakupannya luas, seluas syariat Islam.
Di antara hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling berhak untuk kita beradab dan berakhlak yang baik yaitu para nabi dan rasul ‘alaihimussalam, terutama Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mengapa demikian? Karena, kita mustahil mengetahui jalan yang benar dan melakukan ibadah yang bisa diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kecuali dengan Sunnah dan thariqah (jalan) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Realisasi dan wujud berakhlaknya seorang mukmin kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di antaranya:
Pertama: Beriman kepadanya dan beriman pula kepada apa yang dia Shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, pasti Allah menunjukkan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan mengakibatkan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kau sanggup berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hadid: 28)
Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan beberapa kasus kepada orang-orang yang bertakwa dan beriman kepada Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Allah Subhanahu wa Ta’ala memalsukan pahalanya dua kali lipat, dan ini merupakan rahmat-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan kepadanya cahaya ilmu dan petunjuk, sehingga mereka bisa berjalan dengannya di dalam gelapnya kejahilan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosanya.
Inilah buah yang akan didapat oleh orang-orang yang beradab dan berakhlak baik, khususnya terhadap Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebaliknya, orang yang tidak beradab dan berakhlak baik terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan gugur amal-amalnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لاَ تَشْعُرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kau meninggikan suaramu lebih dari bunyi Nabi. Dan janganlah kau berkata kepadanya dengan bunyi keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kau terhadap sebagian yang lain, semoga tidak hapus amalanmu sedangkan kau tidak menyadari.” (Al-Hujurat: 2)
Mengangkat bunyi kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja bisa menggugurkan amalan. Lebih-lebih banyak sekali macam syirik, bid’ah, hizbiyah, kemaksiatan, dan kemungkaran lainnya.
Kedua: Membenarkan segala informasi yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى. وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى. إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى
“Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu berdasarkan kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (An-Najm: 2-4)
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma, bahwa dia berkata:
كُنْتُ أَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أُرِيدُ حِفْظَهُ فَنَهَتْنِي قُرَيْشٌ فَقَالُوا: إِنَّكَ تَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ تَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَرَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بَشَرٌ يَتَكَلَّمُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا؟ فَأَمْسَكْتُ عَنِ الْكِتَابِ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: اكْتُبْ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا خَرَجَ مِنِّـي إِلَّا حَقٌّ
“Aku senantiasa menulis segala sesuatu yang saya dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk saya hafal. Maka kaum Quraisy melarangku dan berkata: ‘Engkau menulis segala yang engkau dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu manusia, dia berkata dalam keadaan murka maupun ridha?’ Aku pun menahan diri dari menulis hingga saya sebutkan hal itu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Tulislah. Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah keluar dariku kecuali kebenaran’.” (HR. Ahmad, 2/162. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1532, dan Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu dalam Ash-Shahihul Musnad no. 768)
Sehingga, informasi apapun yang shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wajib kita membenarkannya, baik informasi itu masuk nalar ataupun tidak. Baik informasi itu sudah terjadi, sedang terjadi, atau yang akan terjadi. Semuanya yaitu benar, selama informasi tersebut shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak boleh seseorang mempertentangkannya dengan mazhab, pemikiran, atau pendapat siapapun. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kau mendahului Allah (yakni Kitabullah) dan Rasul-Nya (yakni Sunnahnya), dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Hujurat: 1)
Berdasarkan ayat ini, informasi apapun yang bertentangan dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah yang shahih yaitu salah, siapapun yang mengatakannya. Demikianlah seharusnya sopan santun dan sopan santun seorang muslim terhadap informasi yang shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketiga: Menaati perintah dan larangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya)….” (An-Nisa`: 59)
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (Al-Hasyr: 7)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَافْعَلُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلَافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ
“Apa saja yang saya larang kalian darinya maka tinggalkanlah. Dan apa saja yang saya perintahkan kepada kalian maka ambillah semampu kalian. Hanyalah yang membinasakan orang-orang yang sebelum kalian yaitu banyaknya pertanyaan mereka dan penyelisihan mereka terhadap para nabi yang diutus kepada mereka.” (Muttafaqun ‘alaih)
Berbagai musibah, kehinaan dan kerendahan yang menimpa kaum muslimin yaitu disebabkan ketidaktaatan dan ketidakberadaban terhadap perintah dan larangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (An-Nur: 63)
Keempat: Mengikuti dan berpegang teguh dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Seorang muslim tentu mengasihi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukti kecintaannya itu yaitu dengan mengikuti dan berpegang teguh dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah: ‘Jika kau (benar-benar) mengasihi Allah, ikutilah aku, pasti Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali ‘Imran: 31)
Mengikuti (ittiba’) Rasul merupakan solusi yang tepat tatkala menghadapi perselisihan dan perpecahan yang terjadi pada umat ini. Di samping itu, ittiba’ akan membuahkan keselamatan di dunia dari kesesatan, dan keselamatan di alam abadi dari azab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Sesungguhnya barangsiapa di antara kalian yang hidup panjang, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib kalian berpegang dengan Sunnahku dan sunnah para khalifah yang terbimbing, yang mendapat petunjuk. Gigitlah dengan gigi-gigi geraham kalian. Dan hati-hatilah dari perkara-perkara yang baru, lantaran setiap kasus gres yaitu bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dia menyatakan: “Hadits yang hasan shahih dari ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu.”)
Maka siapa yang mau tunduk ibadah kepada Allah semata, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya maka mereka itulah yang benar-benar menaati Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sehingga mereka akan menjadi penghuni surga. Semoga Allah memasukkan kita semua dalam kepingan ini. Wallahu Ta'ala A'lam
“Seoga goresan pena ini bermanfaat bagi kita semua Aamiin”
0 Response to "Setiap Umatku Akan Masuk Surga"
Post a Comment