....Suaminya merantau untuk bekerja sehingga kami dengan leluasa menjalin hubungan. Dia begitu baik dan sangat cukup umur hingga menciptakan saya benar-benar menyayanginya. Dan ketika di daerah umum pun saya diperkenalkan sebagai suami....
Sebut saya Andre, status hubunganku dikala itu sudah punya pacar. Ada rencana untuk menikah tapi entah kenapa sifatnya yang ibarat anak kecil, terlalu memikirkan dirinya sendiri, tidak kreatif, dan juga terlalu mengakibatkan dirinya sebagai obyek, menciptakan saya semakin malas dengannya. Segalanya harus saya yang memulai lebih dulu, dan dalam pikiran pacarku dikala itu terlalu banyak memikirkan kesenangan daripada masa depan. Hingga karenanya saya tidak pernah berminat untuk sering bertemu dengannya.
Hingga suatu ketika saya bertemu dengan perempuan yang lebih renta 5 tahun dariku. Sebut saja namanya Riska. Aku biasa memanggil ia mbak Riska. Ada sedikit rasa ingin tau terhadap kehidupan pribadinya, apalagi keakraban mulai tercipta alasannya sering bertemu di daerah kerja. Hampir setiap malam saya selalu berkomunikasi dengan mbak Riska.
Dari situ saya tahu bahwa ia sudah mempunyai suami yang bekerja di luar kota. Pulang tidak pasti, paling cepat 3 bulan sekali gres pulang, atau mbak Riska yang mengunjungi suami dikala libur kerja atau kebetulan ada kiprah di kota suaminya bekerja. Tadi alasannya sudah terlanjur nyaman, saya tidak begitu peduli status pernikahannya. Aku tetap saja terus berkomunikasi dengannya. Dan dengan pacar sendiri justru sering saya abaikan, bahkan sudah tidak ada hasrat sama sekali. Justru dengan mbak Riska, rasa ingin tau itu semakin kuat.
Apalagi ada kalanya mbak Riska ibarat keceplosan memanggil saya dengan kata sayang, semenjak itulah saya mulai semakin ingin tau dengan sosok mbak Riska. Kami semakin dekat dan bertambah dekat. Semua hal saling kami ceritakan terkait kondisi masing-masing. Mbak Riska juga tahu siapa pacarku sebenarnya, dan tampaknya ia tidak menaruh rasa cemburu sedikitpun, justru memperlihatkan saran-saran yang anggun untuk kekerabatan kami. Tapi setiap ia memperlihatkan saran untuk kekerabatan kami, saya justru merasa tidak suka dan berharap mbak Riska memperlihatkan sedikit rasa cemburu.
Hingga akhirnya, ada alasan untuk mengajak mbak Riska pergi. Aku mendapat ajakan ijab kabul dari temanku sendiri. Ingin mengajak pacar tapi Aku tidak berminat sama sekali, justru saya kepikiran untuk mengajak mbak Riska saja. Toh dari segi penampilan ia masih ibarat anak muda, bukan duduk kasus bagiku justru ini ialah peluang untuk mendapat kedekatan dengannya. Hingga karenanya saya sampaikan keinginanku untuk mengajaknya menghadiri ijab kabul temanku. Alasannya saya tidak berani tiba sendiri dan pacar tidak sanggup menemani. Mbak Riska tidak menolak hal itu meskipun meminta saya untuk menunggu. Sempat menyampaikan ditinggal saja kalau ia terlalu lama, tapi saya tetap menunggunya.
Kami bertemu di daerah kondusif dan ia ikut bersamaku. Selesai makan ditempat nikahan teman, Aku punya inisiatif mengajak mbak Riska untuk pergi lebih dulu. Dia hanya membisu tapi tidak menolak, sehingga ketika membonceng pribadi saya arahkan ke tujuan wisata. Mbak Riska pribadi memperlihatkan pelukan ketika membonceng, itulah yang menjadi sinyal bagiku untuk melanjutkan lebih dari itu.
Singkat dongeng sehabis itu, kami menjadi lebih sering bertemu. Tidak ada rasa canggung lagi antara kami, sudah ibarat pasangan kekasih. Lama-lama rasa sayang dengannya begitu besar. Aku tidak begitu duduk kasus dengan status ia yang masih istri orang, meskipun ada rasa takut kadang kala. Hingga karenanya mbak Riska mulai memperlihatkan rasa cemburu terhadap keberadaan pacarku.
Dia terus memperlihatkan kesan seolah saya harus menentukan ia atau pacar, hingga karenanya dengan gampang saya putuskan pacarku untuk mbak Riska. Dan sehabis itu kami bebas untuk terus bertemu tanpa ada beban. Meskipun ada sosok suami, hal itu tidak terlalu menjadi beban dalam pikiranku. Bahkan kadang saya harus rela tanpa kabar ketika mendapati keadaan suami mbak Riska pulang ke Rumah. Sesekali mbak Riska memberi kabar untuk memastikan keberadaanku.
Jujur saja sudah banyak hal yang Aku lakukan dengan mbak Riska. Jika suaminya merantau untuk bekerja kami dengan leluasa menjalin hubungan. Dia begitu baik dan sangat cukup umur hingga menciptakan saya benar-benar menyayanginya. Dan ketika di daerah umum pun saya diperkenalkan sebagai suami.
Hubungan terus berlanjut hingga bertahun-tahun, tapi tampaknya kami justru semakin saling menyayangi. Namun semakin usang justru saya terpikirkan untuk menikah juga. Mulai ada rasa takut akan terjebak pada kekerabatan ibarat ini terus-menerus meskipun sebelumnya tidak duduk kasus bagiku.
Aku karenanya mengambil keputusan, bukan dengan tetapkan mbak Riska tapi dengan mencari pacar baru. Semula saya sanggup menyimpannya, tapi ada perasaan bersalah yang menciptakan saya menunjukkannya. Mbak Riska ibarat ada perasaan tidak terima. Sempat ia berusaha mempertahankan kekerabatan dan semakin baik, semakin tampak dewasa, bahkan ibarat rela saya mendua. Tapi karenanya ada perasaan cemburu berlebihan hingga menciptakan mbak Riska tetapkan untuk mengalah.
Entah apa yang kini terjadi, Aku hanya berharap mbak Riska tidak lagi terjebak pada kekerabatan ibarat aku. Aku berharap ia cukup senang meskipun tidak selalu sanggup bersama dengan suaminya. Aku hanya sanggup berdoa agar mbak Riska sanggup hidup senang cukup dengan suaminya saja. Hingga kini, perselingkuhan mbak Riska denganku tidak pernah diketahui siapapun.
Hanya ada satu pelajaran yang sanggup disampaikan kepada pembaca, status itu akan kalah dengan yang namanya kenyamanan, kedewasaan, dan juga pengertian. Maka untuk gadis kini ini, jangan lagi mengakibatkan diri kalian sebagai obyek. Berikan kenyamanan, kedewasaan, dan pengertian kepada Pria. Karena Pria juga membutuhkan itu semua. Sekian.
Baca juga: Kisah Cinta Terlarang Om Dan Keponakan (Nyata)
Sebut saya Andre, status hubunganku dikala itu sudah punya pacar. Ada rencana untuk menikah tapi entah kenapa sifatnya yang ibarat anak kecil, terlalu memikirkan dirinya sendiri, tidak kreatif, dan juga terlalu mengakibatkan dirinya sebagai obyek, menciptakan saya semakin malas dengannya. Segalanya harus saya yang memulai lebih dulu, dan dalam pikiran pacarku dikala itu terlalu banyak memikirkan kesenangan daripada masa depan. Hingga karenanya saya tidak pernah berminat untuk sering bertemu dengannya.
Hingga suatu ketika saya bertemu dengan perempuan yang lebih renta 5 tahun dariku. Sebut saja namanya Riska. Aku biasa memanggil ia mbak Riska. Ada sedikit rasa ingin tau terhadap kehidupan pribadinya, apalagi keakraban mulai tercipta alasannya sering bertemu di daerah kerja. Hampir setiap malam saya selalu berkomunikasi dengan mbak Riska.
Dari situ saya tahu bahwa ia sudah mempunyai suami yang bekerja di luar kota. Pulang tidak pasti, paling cepat 3 bulan sekali gres pulang, atau mbak Riska yang mengunjungi suami dikala libur kerja atau kebetulan ada kiprah di kota suaminya bekerja. Tadi alasannya sudah terlanjur nyaman, saya tidak begitu peduli status pernikahannya. Aku tetap saja terus berkomunikasi dengannya. Dan dengan pacar sendiri justru sering saya abaikan, bahkan sudah tidak ada hasrat sama sekali. Justru dengan mbak Riska, rasa ingin tau itu semakin kuat.
Apalagi ada kalanya mbak Riska ibarat keceplosan memanggil saya dengan kata sayang, semenjak itulah saya mulai semakin ingin tau dengan sosok mbak Riska. Kami semakin dekat dan bertambah dekat. Semua hal saling kami ceritakan terkait kondisi masing-masing. Mbak Riska juga tahu siapa pacarku sebenarnya, dan tampaknya ia tidak menaruh rasa cemburu sedikitpun, justru memperlihatkan saran-saran yang anggun untuk kekerabatan kami. Tapi setiap ia memperlihatkan saran untuk kekerabatan kami, saya justru merasa tidak suka dan berharap mbak Riska memperlihatkan sedikit rasa cemburu.
Hingga akhirnya, ada alasan untuk mengajak mbak Riska pergi. Aku mendapat ajakan ijab kabul dari temanku sendiri. Ingin mengajak pacar tapi Aku tidak berminat sama sekali, justru saya kepikiran untuk mengajak mbak Riska saja. Toh dari segi penampilan ia masih ibarat anak muda, bukan duduk kasus bagiku justru ini ialah peluang untuk mendapat kedekatan dengannya. Hingga karenanya saya sampaikan keinginanku untuk mengajaknya menghadiri ijab kabul temanku. Alasannya saya tidak berani tiba sendiri dan pacar tidak sanggup menemani. Mbak Riska tidak menolak hal itu meskipun meminta saya untuk menunggu. Sempat menyampaikan ditinggal saja kalau ia terlalu lama, tapi saya tetap menunggunya.
Kami bertemu di daerah kondusif dan ia ikut bersamaku. Selesai makan ditempat nikahan teman, Aku punya inisiatif mengajak mbak Riska untuk pergi lebih dulu. Dia hanya membisu tapi tidak menolak, sehingga ketika membonceng pribadi saya arahkan ke tujuan wisata. Mbak Riska pribadi memperlihatkan pelukan ketika membonceng, itulah yang menjadi sinyal bagiku untuk melanjutkan lebih dari itu.
Singkat dongeng sehabis itu, kami menjadi lebih sering bertemu. Tidak ada rasa canggung lagi antara kami, sudah ibarat pasangan kekasih. Lama-lama rasa sayang dengannya begitu besar. Aku tidak begitu duduk kasus dengan status ia yang masih istri orang, meskipun ada rasa takut kadang kala. Hingga karenanya mbak Riska mulai memperlihatkan rasa cemburu terhadap keberadaan pacarku.
Dia terus memperlihatkan kesan seolah saya harus menentukan ia atau pacar, hingga karenanya dengan gampang saya putuskan pacarku untuk mbak Riska. Dan sehabis itu kami bebas untuk terus bertemu tanpa ada beban. Meskipun ada sosok suami, hal itu tidak terlalu menjadi beban dalam pikiranku. Bahkan kadang saya harus rela tanpa kabar ketika mendapati keadaan suami mbak Riska pulang ke Rumah. Sesekali mbak Riska memberi kabar untuk memastikan keberadaanku.
Jujur saja sudah banyak hal yang Aku lakukan dengan mbak Riska. Jika suaminya merantau untuk bekerja kami dengan leluasa menjalin hubungan. Dia begitu baik dan sangat cukup umur hingga menciptakan saya benar-benar menyayanginya. Dan ketika di daerah umum pun saya diperkenalkan sebagai suami.
Hubungan terus berlanjut hingga bertahun-tahun, tapi tampaknya kami justru semakin saling menyayangi. Namun semakin usang justru saya terpikirkan untuk menikah juga. Mulai ada rasa takut akan terjebak pada kekerabatan ibarat ini terus-menerus meskipun sebelumnya tidak duduk kasus bagiku.
Aku karenanya mengambil keputusan, bukan dengan tetapkan mbak Riska tapi dengan mencari pacar baru. Semula saya sanggup menyimpannya, tapi ada perasaan bersalah yang menciptakan saya menunjukkannya. Mbak Riska ibarat ada perasaan tidak terima. Sempat ia berusaha mempertahankan kekerabatan dan semakin baik, semakin tampak dewasa, bahkan ibarat rela saya mendua. Tapi karenanya ada perasaan cemburu berlebihan hingga menciptakan mbak Riska tetapkan untuk mengalah.
Entah apa yang kini terjadi, Aku hanya berharap mbak Riska tidak lagi terjebak pada kekerabatan ibarat aku. Aku berharap ia cukup senang meskipun tidak selalu sanggup bersama dengan suaminya. Aku hanya sanggup berdoa agar mbak Riska sanggup hidup senang cukup dengan suaminya saja. Hingga kini, perselingkuhan mbak Riska denganku tidak pernah diketahui siapapun.
Hanya ada satu pelajaran yang sanggup disampaikan kepada pembaca, status itu akan kalah dengan yang namanya kenyamanan, kedewasaan, dan juga pengertian. Maka untuk gadis kini ini, jangan lagi mengakibatkan diri kalian sebagai obyek. Berikan kenyamanan, kedewasaan, dan pengertian kepada Pria. Karena Pria juga membutuhkan itu semua. Sekian.
Baca juga: Kisah Cinta Terlarang Om Dan Keponakan (Nyata)
0 Response to "Cerita Cinta Terlarang Dengan Istri Orang (Nyata)"
Post a Comment