Abu 'Abdillah Huda
Sebenarnya sudah usang ingin mengetik cuplikan pelajaran ini, pelajaran susila dan akhlaq Asy-Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin AbdilMuhsin Al-Abbad hafizhohullaah ketika dia mengisi muhadhoroh di Lombok. Memang saya hanya dapat melihat dari rekaman videonya di yufid.tv, tapi hal itu tidak boleh menghalangi kita menuai pelajaran.
Tema yang dibahas ketika itu “Sebab-Sebab Keselamatan Di Hari Kiamat”. Tentu muhadhoroh dia syarat dengan ilmu dan faedah agung. Tapi tidak hanya itu, di awal sebelum muhadhoroh di mulai pun kita sudah dapat mengambil pelajaran dari sifat tawadhu’ dia hafizhohullaah yang ingin duduk sejajar dengan Ustadz Firanda hafizhohullaah sebagai penerjemah, bukan di daerah duduk yang biasanya telah disediakan. Dan di selesai sebelum Syaikh menutup muhadhoroh, dia berusaha mengajukan pertanyaan kepada hadirin, pertanyaannya adalah, “Siapa yang dapat menunjukkan ringkasan kepada saya sebab-sebab keselamatan yang telah disampaikan tanpa syarah/ penjelasan? Tidak mengapa dia membaca dari catatannya.”
Pada ketika itu para hadirin mengangkat tangannya bahkan Ustadz Mizan pun ikut mengangkat tangan, namun syaikh belum menentukan siapa yang berhak untuk menjawab, Syaikh meminta semua angkat tangan semoga dia dapat memilih. Akan tetapi saya melihat tampaknya syaikh menginginkan seseorang yang khusus mengangkat tangan untuk dia pilih dan menjawab. Akhirnya dia menyampaikan bahwa dia akan menentukan sendiri dikarenakan si Bapak yang dia inginkan tidak mengangkat tangan. Dan tepatlah ternyata dia menentukan seorang Bapak sepuh yang sangat semangat dalam menuntut ilmu bahkan dapat mengalahkan para pemudanya.
Syaikh pribadi menunjuk tanpa ragu, padahal Bapak tadi tidak angkat tangan ketika awal pertanyaan dilontarkan. Akhirnya Bapak tadi hafizhohullaah berusaha menjawab satu persatu dengan melihat catatannya. Ketika Bapak itu menjawab, ditengah-tengah menjawab dia sedikit tersendat-senda t kemudian hadirin yang lain tersenyum dan tertawa, namun apa yang Asy-Syaikh katakan? Beliau menyeru, “Jangan tertawa (tersirat dari wajah dia ketidak sukaan lantaran hadirin tertawa, tidak terdengar dia berbicara apa, tapi tampaknya dia menyampaikan ‘ini orang renta atau ini ilmu’ wallaahu a’lam).” Beliau sangat menghargai dan memperhatikan dengan perhatian yang hormat kepada Bapak yang menjawab.
Kemudian Asy-Syaikh mencukupkan dan memberi komentar ihwal Bapak tadi, namun diawal dia bertanya dengan sopan kepada Bapak tadi, “Aku ingin bertanya dengan pertanyaan yang semoga tidak ada duduk kasus bagi bapak. Berapa Umur anda (beliau menyebut dengan sebutan syaikh)?” Si Bapak menjawab, “Sittah wa sab’iin.” Ustadz Firanda pun takjub dan gembira tentunya dengan berkomentar lirih, “Ma syaa Allaah.”
Kemudian Asy-Syaikh mengatakan, “Hakekatnya saya menentukan bapak ini untuk menjawab bukan tanpa sebab, lantaran saya melihat dia dari awal pelajaran hingga selesai pelajaran dia selalu memegang pulpennya dan tidak meninggalkan pulpennya dari awal hingga akhir, dan dia menulis dengan tekun dan teliti, dan kalian telah mendengar ringkasan apa yang dia tulis dan apa yang dia tulis jauh lebih banyak lagi. Aku melihat semangatnya bapak ini yaitu semangatnya pemuda, bahkan melebihi semangatnya kebanyakan para pemuda. Yang kita temui mereka para cowok duduk (di muhadhoroh) tanpa menulis satu aksara pun! Maka bapak ini semoga Allah membalas dia dengan kebaikan yang menunjukkan pelajaran kepada kita dalam semangat dan mengingatkan kita bahwa menuntut ilmu tidak dibatasi oleh umur tua. Bahkan Imam Ahmad pernah ditanya, “Menuntut ilmu hingga kapan?” Imam Ahmad menjawab, “Dari wadah tinta hingga kuburan.” Menuntut ilmu itu terus menerus. Maka semangat Bapak ini (Syaikh menyebut dia dengan “Syaikh Al-Fadhil”) semoga Allah membalas dia dengan kebaikan yang telah menunjukkan pelajaran dalam pertemuan ini dan pelajaran penuh faedah bagi saya dan semuanya dengan izin Allah subahaanahu wata’aalaa. Dan saya memohon kepada Allah ‘azza wajalla semoga Dia memberkahi bapak ini dalam umurnya, dan menuntun dia kepada ilmu yang bermanfaat, dan menunjukkan manfaat dari ilmunya, dan menuntun kita semua untuk ilmu yang bermanfaat dan amal yang sholih dan memberi hidayah kepada kita kepada jalan yang lurus.
Dan Bapak ini semoga Allah membalas dia dengan kabaikan, saya memiliki beberapa hadiah bukan satu hadiah. Dan hadiah pertama yaitu hadiah yang disegerakan, ini jam tangan saya yaitu hadiah yang disegerakan, dan hadiah yang lain in syaa Allaah akan hingga ke rumah beliau.” (sampai disini perkataan Syaikh sebelum menutup muhadhoroh.)
Ketika Syaikh menunjukkan jamnya kepada Bapak itu, Bapak itu maju mendekat kepada Syaikh, bersalaman, dan ketika si Bapak hendak menempelkan badannya kepada Syaikh (berpelukan) ternyata Syaikh merebut dan bergegas mencium kening Bapak tadi.
Allaahu Akbar! Sungguh akhlaq yang mulia dari yang Syaikh yang mulia dan bapak yang mulia pula, semoga Allah menjaga kita semua dari akhlaq yang jelek , semoga Allah menunjukkan anugerah kepada kita akhlaq yang mulia, dan menjadikannya amalan yang terberat pada Hari Akherat kelak.
Memang saya tidak mengenalnya, tapi saya menyayangi Bapak pemilik umur “Sittah wa sab’iin” itu lantaran Allah. Semoga Allah selalu menjaga dan memberkahi Asy-Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq, Al-Ustadz Firanda sebagai penerjemah di video itu, Ustadz Mizan dan Ustadz Mukti Ali yang juga hadir di majelis tersebut, dan juga semuanya.
Semoga bermanfaat.
Diketik oleh Abu ‘Abdillah Huda
Selepas Ashar 14 Robi’ul Awwal 1436
@Jalan Bendungan Kedung Ombo, Malang.
Tema yang dibahas ketika itu “Sebab-Sebab Keselamatan Di Hari Kiamat”. Tentu muhadhoroh dia syarat dengan ilmu dan faedah agung. Tapi tidak hanya itu, di awal sebelum muhadhoroh di mulai pun kita sudah dapat mengambil pelajaran dari sifat tawadhu’ dia hafizhohullaah yang ingin duduk sejajar dengan Ustadz Firanda hafizhohullaah sebagai penerjemah, bukan di daerah duduk yang biasanya telah disediakan. Dan di selesai sebelum Syaikh menutup muhadhoroh, dia berusaha mengajukan pertanyaan kepada hadirin, pertanyaannya adalah, “Siapa yang dapat menunjukkan ringkasan kepada saya sebab-sebab keselamatan yang telah disampaikan tanpa syarah/
Pada ketika itu para hadirin mengangkat tangannya bahkan Ustadz Mizan pun ikut mengangkat tangan, namun syaikh belum menentukan siapa yang berhak untuk menjawab, Syaikh meminta semua angkat tangan semoga dia dapat memilih. Akan tetapi saya melihat tampaknya syaikh menginginkan seseorang yang khusus mengangkat tangan untuk dia pilih dan menjawab. Akhirnya dia menyampaikan bahwa dia akan menentukan sendiri dikarenakan si Bapak yang dia inginkan tidak mengangkat tangan. Dan tepatlah ternyata dia menentukan seorang Bapak sepuh yang sangat semangat dalam menuntut ilmu bahkan dapat mengalahkan para pemudanya.
Syaikh pribadi menunjuk tanpa ragu, padahal Bapak tadi tidak angkat tangan ketika awal pertanyaan dilontarkan. Akhirnya Bapak tadi hafizhohullaah berusaha menjawab satu persatu dengan melihat catatannya. Ketika Bapak itu menjawab, ditengah-tengah
Kemudian Asy-Syaikh mencukupkan dan memberi komentar ihwal Bapak tadi, namun diawal dia bertanya dengan sopan kepada Bapak tadi, “Aku ingin bertanya dengan pertanyaan yang semoga tidak ada duduk kasus bagi bapak. Berapa Umur anda (beliau menyebut dengan sebutan syaikh)?” Si Bapak menjawab, “Sittah wa sab’iin.” Ustadz Firanda pun takjub dan gembira tentunya dengan berkomentar lirih, “Ma syaa Allaah.”
Kemudian Asy-Syaikh mengatakan, “Hakekatnya saya menentukan bapak ini untuk menjawab bukan tanpa sebab, lantaran saya melihat dia dari awal pelajaran hingga selesai pelajaran dia selalu memegang pulpennya dan tidak meninggalkan pulpennya dari awal hingga akhir, dan dia menulis dengan tekun dan teliti, dan kalian telah mendengar ringkasan apa yang dia tulis dan apa yang dia tulis jauh lebih banyak lagi. Aku melihat semangatnya bapak ini yaitu semangatnya pemuda, bahkan melebihi semangatnya kebanyakan para pemuda. Yang kita temui mereka para cowok duduk (di muhadhoroh) tanpa menulis satu aksara pun! Maka bapak ini semoga Allah membalas dia dengan kebaikan yang menunjukkan pelajaran kepada kita dalam semangat dan mengingatkan kita bahwa menuntut ilmu tidak dibatasi oleh umur tua. Bahkan Imam Ahmad pernah ditanya, “Menuntut ilmu hingga kapan?” Imam Ahmad menjawab, “Dari wadah tinta hingga kuburan.” Menuntut ilmu itu terus menerus. Maka semangat Bapak ini (Syaikh menyebut dia dengan “Syaikh Al-Fadhil”) semoga Allah membalas dia dengan kebaikan yang telah menunjukkan pelajaran dalam pertemuan ini dan pelajaran penuh faedah bagi saya dan semuanya dengan izin Allah subahaanahu wata’aalaa. Dan saya memohon kepada Allah ‘azza wajalla semoga Dia memberkahi bapak ini dalam umurnya, dan menuntun dia kepada ilmu yang bermanfaat, dan menunjukkan manfaat dari ilmunya, dan menuntun kita semua untuk ilmu yang bermanfaat dan amal yang sholih dan memberi hidayah kepada kita kepada jalan yang lurus.
Dan Bapak ini semoga Allah membalas dia dengan kabaikan, saya memiliki beberapa hadiah bukan satu hadiah. Dan hadiah pertama yaitu hadiah yang disegerakan, ini jam tangan saya yaitu hadiah yang disegerakan, dan hadiah yang lain in syaa Allaah akan hingga ke rumah beliau.” (sampai disini perkataan Syaikh sebelum menutup muhadhoroh.)
Ketika Syaikh menunjukkan jamnya kepada Bapak itu, Bapak itu maju mendekat kepada Syaikh, bersalaman, dan ketika si Bapak hendak menempelkan badannya kepada Syaikh (berpelukan) ternyata Syaikh merebut dan bergegas mencium kening Bapak tadi.
Allaahu Akbar! Sungguh akhlaq yang mulia dari yang Syaikh yang mulia dan bapak yang mulia pula, semoga Allah menjaga kita semua dari akhlaq yang jelek , semoga Allah menunjukkan anugerah kepada kita akhlaq yang mulia, dan menjadikannya amalan yang terberat pada Hari Akherat kelak.
Memang saya tidak mengenalnya, tapi saya menyayangi Bapak pemilik umur “Sittah wa sab’iin” itu lantaran Allah. Semoga Allah selalu menjaga dan memberkahi Asy-Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq, Al-Ustadz Firanda sebagai penerjemah di video itu, Ustadz Mizan dan Ustadz Mukti Ali yang juga hadir di majelis tersebut, dan juga semuanya.
Semoga bermanfaat.
Diketik oleh Abu ‘Abdillah Huda
Selepas Ashar 14 Robi’ul Awwal 1436
@Jalan Bendungan Kedung Ombo, Malang.
0 Response to "Pelajaran Tabiat Dan Akhlaq"
Post a Comment