DUA orang pria taat beragama, bersama istrinya masing-masing yang bercadar, berangkat ke Perancis.
Di bandara, para petugas menolak kedatangan mereka sebelum diperiksa dan membuka cadarnya. Tentu saja keputus an untuk membuka cadar ini ditolak dan ditentang kedua mukminah tersebut.
Para petugas kemudian menggiringg keduanya menuju petugas perempuan berkebangsaan perancis semoga diperiksa lebih lanjut.
Mengetahui janji dan pendirian dua perempuan yang tidak mau melepaskan cadarnya itu, petugas perempuan tersebut marah.
Wanita Perancis tersebut bertanya:
Di bandara, para petugas menolak kedatangan mereka sebelum diperiksa dan membuka cadarnya. Tentu saja keputus an untuk membuka cadar ini ditolak dan ditentang kedua mukminah tersebut.
Para petugas kemudian menggiringg keduanya menuju petugas perempuan berkebangsaan perancis semoga diperiksa lebih lanjut.
Mengetahui janji dan pendirian dua perempuan yang tidak mau melepaskan cadarnya itu, petugas perempuan tersebut marah.
Wanita Perancis tersebut bertanya:
“Apa masalahnya jikalau orang-orang melihat wajah kalian? Kenapa hal-hal ibarat ini menciptakan kalian tetap berpegang teguh?”
Kedua perempuan berniqab tersebut melongo sejenak. Beberapa detik kemudian salah satunya bangkit sambil mengeluarkan sepotong coklat. Ia membuka bungkusnya kemudian memegang cokelat yang terbuka tersebut.
Cokelat yang terbuka dan berada dalam genggaman ini ditawarkan kepada perempuan Prancis tersebut. Tentu saja ia menolak mentah-mentah cokelat ini lantaran takut terkotori lantaran telah terbuka dan berada dalam genggaman orang lain.
Melihat hal ini, seorang perempuan bercadar lainnya kemudian berdiri. Ia segera menawarkan sepotong cokelat lainnya yang masih utuh tertutup belum dibuka. Dengan bahagia hati perempuan Prancis itu menerimanya.
Salah satu perempuan berniqab tersebut kemudian bertutur: “Lelaki kaum muslimin tidak akan menentukan perempuan yang dilirik dan dipelototi ribuan mata yang memandangnya. Mereka juga tidak akan menentukan perempuan yang telah disentuh/diraba dan telah ‘terkontaminasi’ ibarat cokelat tadi.”
Masya Allah. Wanita Prancis tersebut terdiam. Kata-kata cerdas ini bisa menerobos jiwanya. Setelah ini, beliau pun masuk Islam.
Kedua perempuan berniqab tersebut melongo sejenak. Beberapa detik kemudian salah satunya bangkit sambil mengeluarkan sepotong coklat. Ia membuka bungkusnya kemudian memegang cokelat yang terbuka tersebut.
Cokelat yang terbuka dan berada dalam genggaman ini ditawarkan kepada perempuan Prancis tersebut. Tentu saja ia menolak mentah-mentah cokelat ini lantaran takut terkotori lantaran telah terbuka dan berada dalam genggaman orang lain.
Melihat hal ini, seorang perempuan bercadar lainnya kemudian berdiri. Ia segera menawarkan sepotong cokelat lainnya yang masih utuh tertutup belum dibuka. Dengan bahagia hati perempuan Prancis itu menerimanya.
Salah satu perempuan berniqab tersebut kemudian bertutur: “Lelaki kaum muslimin tidak akan menentukan perempuan yang dilirik dan dipelototi ribuan mata yang memandangnya. Mereka juga tidak akan menentukan perempuan yang telah disentuh/diraba dan telah ‘terkontaminasi’ ibarat cokelat tadi.”
Masya Allah. Wanita Prancis tersebut terdiam. Kata-kata cerdas ini bisa menerobos jiwanya. Setelah ini, beliau pun masuk Islam.
Melihat hal ini, seorang perempuan bercadar lainnya kemudian berdiri.
islampos.com|Oleh islampos
0 Response to "Hikmah Sepotong Coklat Tertarik Dan Masuk Islam"
Post a Comment