Abu Sofyan menyebarkan foto Munari Abdillah Abu Yahya ke grup: DAKWAH SALAFIYYAH AHLUS SUNNAH WALJAMA'AH.
29 menit ·
Islamedia - Pembacaan Al Alquran dengan langgam Jawa yang dilaksanakan di Istana Negara dalam rangka memperingati Isra' Mi'raj tak hanya menjadi perbincangan didalam negeri.
Qari’ internasional, Syaikh Abdullah bin Ali Bashfar pun ikut menawarkan komentarnya mengenai qira’at dengan Langgam Jawa tersebut.
Seperti dikutip dari Fimadani, Ahad (17/05), Syeikh Ali Bashfar menawarkan kritik dan catatan terkait video muratal dengan lagu Dandanggulo macapat Jawa tersebut yang dibacakan oleh Muhammad Yaser Arafat.
- Kesalahan tajwid; dimana panjang mad-nya dipaksakan mengikuti kebutuhan lagu.
- Kesalahan lahjah (logat). Membaca Al-Qur’an sangat dianjurkan memakai lahjah Arab, sebagaimana orang Arab membacanya. Dalam hadist disebutkan: “Iqra’ul qur’aana biluhuunil ‘Arobi wa ashwaatiha”.
- Kesalahan takalluf, yakni memaksakan untuk menjiplak lagu yang tidak lazim dalam membaca Al-Qur’an.
Yang cukup berbahaya jikalau ada kesalahan niat, adalah merasa perlu menonjolkan kejawaan atau keindonesiaan atau kebangsaan dalam berinteraksi dengan al Qur’an, membangun perilaku ashabiyyah dalam ber-Islam.
Dan yang paling fatal jikalau ada maksud memperolok-olokkan ayat-ayat Allah yang mereka samakan dengan lagu-lagu wayang dalam suku Jawa.
Beliau mengakhiri catatannya dengan berdoa, “Allahu yahdinaa wa yahdiihim. Semoga Allah menawarkan petunjuk dalam menjaga dan menda’wahkan Al-Qur’an. Wallahu a’lam.”.
[Fimadani/Islamedia/YL]
Seperti dikutip dari Fimadani, Ahad (17/05), Syeikh Ali Bashfar menawarkan kritik dan catatan terkait video muratal dengan lagu Dandanggulo macapat Jawa tersebut yang dibacakan oleh Muhammad Yaser Arafat.
- Kesalahan tajwid; dimana panjang mad-nya dipaksakan mengikuti kebutuhan lagu.
- Kesalahan lahjah (logat). Membaca Al-Qur’an sangat dianjurkan memakai lahjah Arab, sebagaimana orang Arab membacanya. Dalam hadist disebutkan: “Iqra’ul qur’aana biluhuunil ‘Arobi wa ashwaatiha”.
- Kesalahan takalluf, yakni memaksakan untuk menjiplak lagu yang tidak lazim dalam membaca Al-Qur’an.
Yang cukup berbahaya jikalau ada kesalahan niat, adalah merasa perlu menonjolkan kejawaan atau keindonesiaan atau kebangsaan dalam berinteraksi dengan al Qur’an, membangun perilaku ashabiyyah dalam ber-Islam.
Dan yang paling fatal jikalau ada maksud memperolok-olokkan ayat-ayat Allah yang mereka samakan dengan lagu-lagu wayang dalam suku Jawa.
Beliau mengakhiri catatannya dengan berdoa, “Allahu yahdinaa wa yahdiihim. Semoga Allah menawarkan petunjuk dalam menjaga dan menda’wahkan Al-Qur’an. Wallahu a’lam.”.
[Fimadani/Islamedia/YL]
0 Response to "Soal Qiro'at Langgam Jawa Di Istana Negara, Ini Kritik Syaikh Abdullah Ali Bashfar"
Post a Comment