Shahabat Yang Lalai Dari Agama

🌺 .:: Tsa’labah bin Hathib,
(Shahabat yang Lalai dari Agama)::.🌾🌾

Dulu waktu kecil, waktu masih sekolah, sering guru agama menceritakan "keburukan" Tsa'labah bin Hathib, mengenai kelalaiannya terhadap sholat sesudah dia menjadi kaya. Kisah yang disampaikan guru mungkin maksudnya untuk menanamkan semoga murid tetap bersyukur, sekalipun sudah kaya, atau jangan menyerupai "kacang lupa kulitnya", bukan berniat menyudutkan Tsa'labah yang sebenarnya yaitu sahabah radhiyallahu anhu.

Tetapi seiring berjalannya waktu, dan semakin banyak agama dikaji dan mengikuti kajian sunnah dimana-mana, sempat terkejut ada salah satu ustad mengingatkan, jangan ulangi lagi cerita-cerita Tsa'labah tersebut sekalipun untuk mengambil ibrohnya. Ustad juga menceritakan, ada pada masa kekhalifahan islam berjaya (setelah khulfaur rasyidin), seseorang menceritakan keburukan Tsa'labah kepada orang-orang, kemudian sang pemimpin menyuruh qodhi untuk memberi eksekusi cambuk kepadanya.

======

▶ Tsa`labah radhiallahu ‘anhu yaitu seorang sahabat yang fakir tetapi rajin beribadah. Suatu ketika ia memohon kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam semoga mendo’akannya supaya dikaruniai rizki. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun mendo’akannya.
Walhasil, dia bekerja sebagai penggembala kambing. Waktu demi waktu berlalu, karenanya ternaknya berkembang dengan pesat sekali. Lambat laun hal itu melalaikannya dari shalat… dan seterusnya hingga final kisah.”

Sehingga akhirnya, Nabi bersabda:
ﻭَﻳْﺤَﻚَ ﻳَﺎ ﺛَﻌْﻠَﺒَﺔُ ! ﻗَﻠِﻴْﻞٌ ﺗُﺆَﺩِّﻱْ ﺷُﻜْﺮَﻩُ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﻛَﺜِﻴْﺮٍ ﻻَ ﺗُﻄِﻴْﻘُﻪُ
“Celaka dirimu wahai Tsa’labah, sedikit tapi kau syukuri itu lebih baik daripada banyak tapi engkau tidak sanggup untuk mengembannya.”

✅ .:: Takhrij Kisah :
Kisah ini sangat masyhur, diriwayatkan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam Tafsirnya (14/370), Ath-Thabarani dalam Mu‘jamul Kabir (8/260) no. 7873 dan Al-Wahidi dalam Asbabul Nuzul hal. 252. Semuanya dari jalan Mu’an bin Rifa’ah dari Ali bin Yazid Al-Alhani dari Qasim bin Abdur Rahman dari Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu.”

✅ .:: Derajat Kisah :
LEMAH SEKALI. Sanad ini lemah sekali, lantaran Mu’an bin Rifa’ah seorang rawi yang lemah sekali. Demikian juga Ali bin Yazid Al-Alhani, dia seorang rawi yang lemah juga. Al-Iraqi berkata: “Sanadnya lemah.” Al-Haitsami berkata: “Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani tetapi dalam sanadnya terdapat rawi yang berjulukan Ali bin Yazid Al-Alhani, dia matruk (ditinggalkan haditsnya).” Ibnu Hajar berkata: “Hadits ini lemah, tidak sanggup dijadikan hujjah.”

Kesimpulannya, hadits ini munkar dan lemah sekali, sekalipun sangat masyhur.”

👉 Komentar Ulama :
1. Ibnu Hazm berkata: “Tidak ragu lagi bahwa kisah ini yaitu batil.”
2. Al-Baihaqi berkata, “Sanad hadits ini perlu dikaji ulang lagi, sekalipun masyhur di kalangan andal tafsir.”
3. Al-Qurthubi berkata: “Tsa‘labah radhiallahu ‘anhu termasuk sahabat yang mengikuti perang Badar, termasuk golongan Anshar dan orang-orang yang mendapatkan kebanggaan dari Alloh dan RasulNya shallallahu ‘alaihi wasallam. Adapun hadits ini tidak shahih.”
4. Adz-Dzahabi berkata: “Munkar sekali.”
5. As-Suyuthi berkata: “Diriwayatkan oleh Thabrani, Ibnu Mardawih, Ibnu Abi Hatim, dan Baihaqi dalam Dala’il dengan sanad yang lemah.”
6. Al-Albani berkata: “Hadits ini mungkar, sekalipun sangat masyhur. Kecacatannya terletak pada Ali bin Yazid Al-Alhani, dia seorang yang matruk. Dan Mu’an juga seorang yang lemah.”

✅ .:: Tinjauan Matan Kisah :
Kisah ini juga bathil ditinjau dari segi matan, lantaran bertentangan dengan kaidah-kaidah umum syari’at, diantaranya:
1. Tidak adanya kesesuaian antara kisah dengan ayat, lantaran ayat ini bicara ihwal orang munafiq, sedangkan Tsa’labah termasuk sahabat mulia, bahkan pengikut perang Badar dan andal ibadah sehingga dijuluki dengan Hamamah Masjid lantaran seringnya di masjid.

2. Mu’amalah Nabi dengan Tsa’labah dalam kisah ini berbeda sekali dengan kebiasaan ia dengan orang-orang munafiq yaitu mendapatkan udzur mereka.

3. Kisah ini menyelisihi kaidah umum bahwa orang yang bertaubat dari suatu dosa, apapun dosa tersebut maka taubatnya diterima, lantas mengapa Nabi tidak mendapatkan taubat Tsa’labah?!

4. Zakat yaitu hak harta bagi orang-orang yang berhak menerimanya dari kalangan faqir miskin dan sebagainya, diambil dari pemilik harta, seandainya mereka tidak mengeluarkannya maka akan diambil secara paksa.

🌈 Ternyata Dia Ikut Perang Badr
Ada satu hal lagi yang memperkuat mungkarnya kisah ini, sebetulnya shahibul kisah, Tsa’labah bin Hathib, termasuk pengikut perang Badar sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Mandah, Abu Nu’aim, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Atsir dalam Usdul Ghabah 1/237.

Kalau sudah terbukti bahwa Tsa’labah termasuk pengikut perang Badar, apakah menyerupai ini sifat seorang sahabat yang mengikuti perang Badar? Oleh lantaran itu, Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Al-Ishabah 1/198:
“Telah shahih bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ﻻَﻳَﺪْﺧُﻞُ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ ﺃَﺣَﺪٌ ﺷَﻬِﺪَ ﺑَﺪْﺭًﺍ ﻭَﺍﻟْﺤُﺪَﻳْﺒِﻴَّﺔَ
“Tidak masuk neraka orang yang mengikuti perang Badar dan Hudaibiyah.”

Dan ia juga menceritakan bahwa Rabbnya berfirman:
ﺍﻋْﻤَﻠُﻮْﺍ ﻣَﺎ ﺷِﺌْﺘُﻢْ ﻓَﻘَﺪْ ﻏَﻔَﺮْﺕُ ﻟَﻜُﻢْ
“Berbuatlah sekehendak kalian. Sungguh Aku telah mengampuni kalian.”
Apakah seorang yang dijamin dengan pahala menyerupai ini kemudian menjadi munafik? Dan turun kepadanya ayat tersebut?!

Wallahu A’lam.

Sumber: Abiubaidah.com

0 Response to "Shahabat Yang Lalai Dari Agama"

Post a Comment