Potret Pengajian Salafi

Jalan-Jalan ke Pengajian

/search?q=

Insani Muslim

18 May 2015 | 19:05

Potret pengajian Salafi

Jika Anda sedang jalan-jalan pagi di selesai pekan, dan kebetulan melintas masjid, mungkin akan bertemu beberapa masjid yang Sabtu-Minggu penuh dengan kegiatan. Di antaranya kajian atau pengajian. Memang tidak banyak masjid yang menyelenggarakan program serupa.

Kajian selesai pekan? Ya, di Jakarta, Bekasi, Bogor, Depok, Tangerang, misalnya, ada beberapa masjid yang secara rutin menyelenggarakan pengajian secara rutin. Jika tidak rutin, maka itu sifatnya sesekali atau sebulan sekali. Misalnya, Anda bisa hadir di Masjid Nurul Iman di Lt paling atas Blok M Square, Masjid Al Falah di Jatinegara. Di situ acap kali ada pengajian akbar yang mendatangkan ustadz-ustadz dari luar kota.

Masjid yang bisa menampung hampir dua ribu jamaah itu, bisa penuh sesak di hari Ahad. Tergantung ustadz yang mengisi. Tapi, jangan berharap ada ustadz-ustadz yang hilir pulang kampung di televisi akan mengisi di sana. Karena ini justru pengajian di luar mainstream. Di luar kebanyakan kaum muslim.

Ekslusif? Tidak juga. Pengajian ibarat ini terbuka untuk umum, siapa saja boleh ikut dan tidak akan dikenakan biaya. Juga tidak perlu mendaftar. Ini juga bukan pengajian "dalam rangka"... Ya bisa dalam memperingati ini dan itu. Pokoknya, mereka tiba untuk berburu ilmu. Berburu pahala dengan mendatangi halaqah ilmu.

Pengajiannya pun serius. Jarang ada gelak tawa, paling senyum-senyum. Para ustadz juga bukan ibarat para orator atau juru kampanye yang bangun dengan gaya menggerakan badan, tangan dan mimik aneka rupa. Semua sederhana. Pakaian ustadznya, tampangnya juga, sangat sederhana. Mereka hanya duduk. Tidak berdiri. Duduk di dingklik meja, dan memegang kitab atau Laptop.

Yang hadir pun begitu. Mayoritas sederhana. Mereka rata-rata menggunakan pakaian koko atau gamis, berpeci, dan celana agak di atas mata kaki. Yang perempuan, jarang terlihat yang modis dengan jilbab gaul. Mereka justru menggunakan jilbab panjang hingga di pantatnya. Ada juga yang menggunakan cadar. Yang membuka muka, hampir tidak ada yang menggunakan gincu atau bedak yang menor.

Tapi, lihatlah saat ustadz sudah mulai berbicara. Mayoritas  mengambil alat tulis layaknya anak SD yang tekun mencatat setiap omongan guru. Tidak ada lagu-lagu, tidak ada gimmick untuk memancing perhatian. Ustadz-ustadz juga tidak ada yang membaca Al Alquran dengan nada melengking layaknya penyanyi.

Meski terkesan tidak menarik itu pengajian, tetapi jarang sekali orang yang beranjak dari acara. Sepanjang pengajian, hampir tidak  ada ustadz memberi cerita-cerita yang konyol dan lucu.  Malah ibarat kuliah di kampus. Semua merujuk kitab, merujuk ayat Al Alquran dan hadist-hadist yang shahih. Oh ya, rata-rata pengajian itu selama dua jam, plus tanya jawab 30 menit. Dan, semua pertanyaan selalu ditulis. Karena itu, ada pertanyaan yang mungkin terlihat sepele, tak perlu menciptakan aib penanya.

Inilah pengajian dari mereka kalangan Salafi. Apa itu Salafi? Ini bukan nama ormas, bukan pula komunitas. Ini ialah kumpulan orang-orang yang beragama dengan mengikuti cara beragama para Sahabat Nabi, Salaf artinya terdahulu, maka mereka ini berupaya untuk memahami dan mempraktekan agama Islam sesuai dengan yang dijalankan para Sahabat Nabi.

Mengapa harus bersusah payah  mengikuti Sahabat Nabi? Ya alasannya ialah merekalah yang paling tahu bagaimana Nabi memperlihatkan pelajaran, melihat pribadi dan mempraktekan bersama Nabi Muhammad. Tak ada yang lebih tahu perihal Islam, (setelah Nabi)  selain para Sahabat Beliau.

Maka, tidak heran bila pengajian salafi ini hanya berasal dari kitab-kitab yang sesuai sunnah saja yang dipelajari. Jika Anda hadir, maka akan Anda rasakan dari awal hingga akhir, tidak ada kalimat-kalimat yang meluncur dari para ustadz ini yang melebar ke mana-mana. Yang mendahulukan logika dari pada ayat atau hadist,  sulit dijumpai. Tidak ada pemahaman orang-orang Liberal atau Barat yang digunakan sandaran, terkecuali pendapatnya juga sesuai dengan pemahaman para Sababat.

Mengapa pengajian tanpa artis, tanpa orang terkenal, tanpa ada nyanyian dan segala macam, bisa ramai dikunjungi para jamaah? Kuncinya bukan pada ustadz. Tetapi justru para jamaah itu sendiri yang memang haus ilmu. Bagi mereka, mencari ilmu lewat pengajian ini ialah kewajiban setiap muslim.

Jika terkesan mereka itu angker atau aneh, itu hanyalah pandangan sekilas. Setelah Anda duduk dan ngobrol, mereka akan menyapa dengan hangat.

Anda pun boleh tiba kapan dan di mana pun program pengajian dilaksanakan. Untuk jadwal pengajian dan ustadz yang mengisi, bisa Anda dengarkan di Radio Rodja 756 AM atau klik di http://www.radiorodja.com/ dan untuk buku-buku yang dibahas di pengajian mereka, Anda bisa mengklik https://www.facebook.com/insanimuslim?_rdr

Cuma aku khawatir, jikalau Anda mencoba hadir... Saya khawatir Anda akan ketagihan

dinukil via share Al Akh Pracoyo Wiryoutomo di grup WA Ittiba’ Urrasul

0 Response to "Potret Pengajian Salafi"

Post a Comment