Ustadz Felix Siauw bersama Hisrani W Irs Kina dan 24 lainnya
10 jam ·
Sedih, semenjak 2008 urusan Rohingya ini sudah saya presentasikan di IBF, dan semenjak itu problem pengungsi Rohingya terus menerus terulang, lantaran memang masalahnya tak pernah usai
Rezim Myanmar menganggap mereka bukan penduduknya, lantaran agama yang mereka pegang dan warna kulit mereka yang berbeda
Sedangkan negeri-negeri tetangga pun tidak mengakui mereka walau berkulit sama, lantaran beda kewarganegaraan katanya
Rezim Myanmar menganggap mereka bukan penduduknya, lantaran agama yang mereka pegang dan warna kulit mereka yang berbeda
Sedangkan negeri-negeri tetangga pun tidak mengakui mereka walau berkulit sama, lantaran beda kewarganegaraan katanya
Makara di negeri lahir mereka ditolak lantaran beda agama dan warna kulit, juga ditolak oleh saudara seagama dan sewarna kulit lantaran alasannya beda kewarganegaraan
Rohingya refugees, unwanted and stateless, padahal mereka Muslim dan syahadatnya sama menyerupai kita
Sekali lagi, nasionalisme mengatakan rendahnya tumpuan pikir manusia, membuang jauh ikatan akidah demi garis-garis yang dibentuk manusia, menghilangkan rasa kemanusiaan itu sendiri
Karena itu saya semakin yakin, kita perlu sebuah negara yang tidak memandang pada warna kulit, juga tidak pada batas-batas yang dibentuk manusia, melainkan hanya batas yang dibentuk oleh Allah. Negara yang manusiawi dan memanusiakan manusia, negara yang menerapkan syariat Allah. Khilafah Islam yang tak tersekat nasionalisme
Selama urusan penyebab masalahnya itu tak terpecahkan, akan selalu ada pengungsi Rohingya yang terdzalimi, dan itu berarti beban kita di alam abadi ketika berhadapan dengan Allah
Untungnya, Aceh masih peduli, biar kepedulian ini menjadi ide dan merambah pada kaum Muslim yang lainnya dibelahan bumi nusantara juga dunia
Rohingya refugees, unwanted and stateless, padahal mereka Muslim dan syahadatnya sama menyerupai kita
Sekali lagi, nasionalisme mengatakan rendahnya tumpuan pikir manusia, membuang jauh ikatan akidah demi garis-garis yang dibentuk manusia, menghilangkan rasa kemanusiaan itu sendiri
Karena itu saya semakin yakin, kita perlu sebuah negara yang tidak memandang pada warna kulit, juga tidak pada batas-batas yang dibentuk manusia, melainkan hanya batas yang dibentuk oleh Allah. Negara yang manusiawi dan memanusiakan manusia, negara yang menerapkan syariat Allah. Khilafah Islam yang tak tersekat nasionalisme
Selama urusan penyebab masalahnya itu tak terpecahkan, akan selalu ada pengungsi Rohingya yang terdzalimi, dan itu berarti beban kita di alam abadi ketika berhadapan dengan Allah
Untungnya, Aceh masih peduli, biar kepedulian ini menjadi ide dan merambah pada kaum Muslim yang lainnya dibelahan bumi nusantara juga dunia
0 Response to "Ustadz Felix Siauw Status Wacana Rohingya"
Post a Comment