Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta semoga pernyataan-pernyataan banyak sekali pihak terkait banyak sekali permasalahan yang ada khususnya yang berkaitan dengan permasalahan agama semoga masyarakat tidak menanggapi segala sesuatu hal dengan sudut pandang mereka sendiri sehingga lalu menjadikan keresahan bagi warga masyarakat lain yang ikut terombang-ambing akhir dari pemberitaan yang lalu meluas ke banyak sekali media.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga meminta semoga pernyataan-pernyataan banyak sekali pihak terkait perbedaan paham ataupun ajaran keagamaan tidak memicu permasalahan gres antar umat. Cara pengendalian diri ini pasti sebagai solusi permanen bagi potensi konflik sosial akhir isu kepercayaan.
"Berdasarkan hasil Rakornas Majelis Ulama Indonesia, dibutuhkan perlu adanya konsensus di kawasan yang bersengketa. penyelesaiannya ibarat apa dan bagaimana sehingga lalu ada semacam langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk mempelajari akar permasalahan atas sebuah konflik di sana, dan lalu memperlihatkan sebuah solusi" ujar Ketua Rapat Kerja Nasional MUI KH Slamet Effendy Yusuf.
Langkah-langkah yang bisa dilakukan pemerintah daerah, imbuh Slamet, di antaranya mempelajari akar permasalahan serta membuat situasi yang kondusif. Kondisi tersebut harus dibuat permanen atau jangka panjang.
"MUI terus berupaya meredam duduk kasus yang disebut-sebut timbul akhir fatwa MUI. Selama ini fatwa MUI menjaga perilaku dan keyakinan masyarakat. Sikapnya tidak mengundang kekerasaan," tegas Wakil Ketua PBNU ini.
Selama tiga hari rakernas ini, para ulama MUI juga menyoroti laporan bahwa MUI Sampang dengan penguatan MUI Jatim sempat mengeluarkan fatwa jikalau ajaran yang diajarkan kelompok Tajul Muluk sesat. "Pihak MUI sentra pernah mendatangi langsung, tapi nyatanya fatwa semacam itu belum pernah dikeluarkan dan masih dipelajari seksama," ungkap Slamet.
"Berdasarkan hasil Rakornas Majelis Ulama Indonesia, dibutuhkan perlu adanya konsensus di kawasan yang bersengketa. penyelesaiannya ibarat apa dan bagaimana sehingga lalu ada semacam langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk mempelajari akar permasalahan atas sebuah konflik di sana, dan lalu memperlihatkan sebuah solusi" ujar Ketua Rapat Kerja Nasional MUI KH Slamet Effendy Yusuf.
Langkah-langkah yang bisa dilakukan pemerintah daerah, imbuh Slamet, di antaranya mempelajari akar permasalahan serta membuat situasi yang kondusif. Kondisi tersebut harus dibuat permanen atau jangka panjang.
"MUI terus berupaya meredam duduk kasus yang disebut-sebut timbul akhir fatwa MUI. Selama ini fatwa MUI menjaga perilaku dan keyakinan masyarakat. Sikapnya tidak mengundang kekerasaan," tegas Wakil Ketua PBNU ini.
Selama tiga hari rakernas ini, para ulama MUI juga menyoroti laporan bahwa MUI Sampang dengan penguatan MUI Jatim sempat mengeluarkan fatwa jikalau ajaran yang diajarkan kelompok Tajul Muluk sesat. "Pihak MUI sentra pernah mendatangi langsung, tapi nyatanya fatwa semacam itu belum pernah dikeluarkan dan masih dipelajari seksama," ungkap Slamet.
Pun demikian dengan masalah antara Adi Bing Slamet dengan Mbah Subur, Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta pihak Adi Bing Slamet dan Eyang Subur berhenti saling menjelek-jelekkan, alasannya ialah bisa berdampak buruk terhadap masyarakat.
Menanggapi keresahan warga yang terombang-ambing akhir pemberitaan di media, Majelis Ulama lah tempat kita mencari jalan keluar dan berharap masyarakat tak lagi galau dengan pemberitaan dari banyak sekali media mudah-mudahan, dengan adanya penelitian dan pemeriksaan bisa bisa menjawab seluruh keresahan yang selama ini dialami warga.
0 Response to "Mui Meminta Supaya Jaga Mulut"
Post a Comment