Santun Dan Murah Hati



Santun dan murah hati
Bismillaahirrahmaanirrahiimi
Assalamualaikum Warahmatullai Wabarkaatuh
#Oleh: Abu Samah Al-Hafidz

Gemar Memberi Mengundang Nikmat
Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk berempati kepada orang yang sedang berduka dan menyebarkan ketika mendapatkan kebahagiaan. berbagi yang tertinggi derajatnya ialah itsar, yaitu menunjukkan sesuatu kepada orang yang lebih memerlukan, sekalipun ia sendiri masih membutuhkannya. Itulah yang dilakukan kaum Anshar (penduduk orisinil Madinah) kepada kaum Muhajirin (pendatang dari Makkah) sebagaimana pernah disebutkan dalam goresan pena sebelumnya ihwal seorang Sahabat yang mendapatkan seorang tamu untuk bermalam di rumahnya. Sahabat itu sendiri tidak mempunyai sesuatu untuk disuguhkan kecuali makan malam yang pas-pasan untuk keluarganya. Betapa mulianya perilaku Sahabat itu sampai-sampai Allah Ta’ala mengabadikan dalam al-Qur`an. Sayangnya ketika ini jarang sekali kita menemukan perilaku mirip itu.
Lalu bagaimanakah hakikat menyebarkan dan apa saja yang menghalangi seseorang untuk berbagi?

Hakekat Berbagi
           Berbagi merupakan sedekah. Berbagi antar sesama atas apa yang kita miliki secara sah dan halalmerupakan sifat mulia. Kita dianjurkan untuk berbuat baik kepada sesama insan sebagaimanafirmanAllahTa’ala:
Dan berbuat sepakat sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu. (Al-Qashas [28]: 77)
Banyak terminologi dalam Islam yang menjelaskan makna berbagi. Misalnya, amal perbuatan baik disebut dengan sedekah. Pemberian yang diwajibkan terhadap umat Islam untuk memuliakan dan mensucikan seseorang disebut zakat atau sedekah.
Berbagi ialah memperoleh. Berbagi yang disertai keikhlasan untuk membantu saudara yang memerlukan dan demi mencari keridhaan Allah Ta’ala akan menerima pahala berlipat ganda. Firman-Nya, 

“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta mereka di jalan Allah ialah sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir dan setiap butir membuahkan lagi 100 biji. Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Allah maha luas karunia-Nya dan lagi maha mengetahui. (Al-Baqarah [2]: 261)

              Terlebih di bulan Ramadhan ini, kita selayaknya meningkatkan semangat menyebarkan sebagaimana diteladankan oleh Rasulullah SAW. Kedermawanan ia ketika memasuki bulan Ramadhan diibaratkan melebihi hembusan angin yang membawa kesegaran dan kehidupan bagi alam. Berbagi bukan hanya dengan materi, tapi juga dengan rasa. Bila kamu sedang berbahagia maka berbagilah biar kebahagiaan itu terasa semakin besar. Sebaliknya, bila Anda dilanda kesedihan atau kedukaan juga berbagilah biar terasa lebih ringan.  Berbagi dalam kebahagiaan tidaklah sesulit untuk membagi kesedihan. Sebab, dalam kebahagiaan kita gampang untuk menemukan seseorang untuk berbagi. Tapi ketika bersedih, kita merasa enggan untuk mengungkapkan kesedihan. Karena diri kita akan terlihat cengeng. Dan, untuk mencari seseorang yang bersedia mendengar keluh-kesah tidaklah mudah. Maka sungguh berbahagialah bila dalam kehidupan ini kita bisa dan bersedia menyebarkan suka dan murung bersama orang-orang baik yang menjadi sobat sejati.

 Penyakit Berbagi
               Adapun menyebarkan yang lebih utama hakekatnya ialah untuk menunjukkan maslahat diri dan oranglain. Karenanya perlu dihindari sifat-sifat yang mengiringinya sebagai berikut:

Pertama: Berbagi sambil menyakiti hati penerimanya. Firman Allah Ta’ala:
Hai orang-orang beriman, janganlah kau menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (si penerima), mirip orang yang menafkahkan hartanya alasannya ialah ria (pamer) kepada insan dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Maka perumpamaan orang itu mirip kerikil licin yang di atasnya ada tanah, kemudian kerikil itu ditimpa hujan lebat, kemudian menjadilah dia bersih. Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Al-Baqarah [2]: 264)

Kedua: Menuruti sifat setan yang kikir dan mengajak untuk berlaku kikir. Firman Allah Ta’ala: Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kau dengan kemiskinan dan menyuruh kau berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah mengakibatkan untukmu ampunan dari-Nya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya), Maha Mengetahui. (Al-Baqarah [2]: 268)

Ketiga: Berbagi alasannya ialah riya atau cari popularitas. Firman Allah Ta’ala:
Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian ialah asy-syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy-syirkul ashghar? Beliau menjawab: ar-riya’.” (Riwayat Ahmad)

Keempat: Berbagi alasannya ialah laba duniawi semata. Firman Allah Ta’ala:
Barangsiapa yang menghendaki kenikmatan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan kepada mereka jawaban pekerjaan mereka di dunia dengan tepat dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di alam abadi itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”. (Huud [11]: 15-16).
Dan janganlah kau berbuat alasannya ialah menginginkan imbalan yang lebih banyak. (Al-Muddatstsir [73]:6)

Pelihara Sifat Berbagi
Untuk menumbuhkan sifat berbagi, hendaknya setiap orang memelihara sifat-sifat berikut:

1.   Dermawan harus selalu erat dengan Allah Azza Wa Jalla.
         Sehingga ia akan memperoleh keberkahan hidup, kepuasan batin, dan ketenangan jiwa. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bertanya kepada para Sahabatnya:
Apakah engkau menginginkan kepuasan dan kesuksesan batin serta terpenuhi kebutuhan hidup? Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berikanlah makanan yang sama dengan makanan yang engkau makan. Pasti engkau akan mendapatkan kesuksesan batin dan akan terpenuhi kebutuhan hidup. (Riwayat Thabrani dari Abu Darda)

2. Menjaga niat semata-mata alasannya ialah Allah Ta’ala. Firman Allah Ta’ala:
         Mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Al-Bayyinah [98]: 5)

3. Tetap sopan serta lemah-lembut. Nabi SAW bersabda kepada ‘Aisyah:
          Wahai ‘Aisyah, bergotong-royong Allah Subhaanahu wa ta’ala bersifat lemah-lembut, dan menyukai kelemahlembutan. (Muttafaqun Alaih). 
           Di lain waktu ia berkata kepada seorang Sahabatnya, “Sesungguhnya pada dirimu ada dua sifat yang dicintai Allah. Santun dan murah hati.” (Riwayat Muslim). Wallahu’alam.

“Semoga Tulisan Ini Bermanfaat Bagi Kita Semua” Aamiin.

0 Response to "Santun Dan Murah Hati"

Post a Comment