Sombong (Menolak Kebenaran Dan Merendahkan Manusia)



SOMBONG (Menolak Kebenaran dan Merendahkan Manusia)
Bismillaahirrahmaanirrahiimi
Assalamualaikum Warahmatullai Wabarkaatuh
#Oleh: Abu Samah Al-Hafidz

              Salah satu bentuk penyakit hati yang sangat berbahaya bagi seorang muslim ialah kesombongan. Bahkan ancaman bagi orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan sangat mengerikan.
Rasulullah shallahu’alaihi wasallam bersabda:
Tidak akan masuk nirwana seorang yang dalam hatinya ada sebiji dzarrah dari kesombongan. (HR. Muslim)
Yang demikian sebab nirwana Allah subhanallahu wata’ala persiapkan bagi orang-orang yang tidak sombong, sebagaimana firman-Nya:
Negeri alam abadi itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu ialah bagi orang-orang yang bertaqwa. (al-Qashash: 83)
Demikian kerasnya ancaman di atas terhadap seorang yang mempunyai sifat sombong, sebab kesombongan itu ialah pakaian Allah. Maka terlalu lancang bagi seseorang yang menggunakan pakaian Allah tsb.
Dalam hadits qudsi yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ra, Rasulullah shallahu’alaihi wasallam bersabda:
Sesunguhnya Allah Ta’ala berfirman: “Kemuliaan ialah pakaian-Ku dan sombong ialah selendang-Ku. Barangsiapa yang mengambilnya dariku, Aku Adzab dia. (HR. Muslim)
Kesombongan bukanlah berwujud seorang yang suka menggunakan pakaian yang anggun atau sandal yang bagus. Akan tetapi lebih dari itu, yaitu seseorang yang menolak kebenaran dan meremehkan insan yang lainnya. Seperti dalam kelanjutan riwayat di atas. Seorang shahabat  ra, bertanya kepada Nabi shallahu’alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, kami suka menggunakan pakaian dan sandal yang bagus”. Maka Rasulullah shallahu’alaihi wasallam menjawab:
Sesungguhnya Allah indah dan suka keindahan. Sombong ialah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. (HR. Muslim)
Menolak kebenaran
              Sifat ini banyak dilupakan oleh sebagian kaum muslimin. Jika ada orang yang kaya yang menggunakan pakaian dan sandal yang bagus, mereka mencibir dan menjulukinya sebagai seorang yang sombong. Padahal mereka sendiri jikalau diberi nasehat dengan ayat-ayat dan hadits-hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم menolaknya dengan nalar dan hawa nafsunya.
Maka sesungguhnya mereka inilah yang sombong, sebab menolak kebenaran dari al-Qur’an dan hadits, dan lebih membanggakan nalar pikirannya sendiri. Sungguh inilah perilaku iblis dikala diperintah oleh Allah untuk sujud kepada Adam Alaihi wasallam. Dia menolak dengan pikirannya bahwa beliau yang diciptakan dari api lebih baik dan lebih mulia dari Adam Alaihi wasallam yang diciptakan dari tanah.
Allah subhanallahu wata’ala  berfirman:
Allah berfirman: “Apa yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) waktu Aku menyuruhmu?” Iblis menjawab: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang beliau Engkau ciptakan dari tanah”. (al-A’raaf: 12)
Iblis menolak perintah Allah untuk memuliakan Adam, sebab merasa dirinya lebih berhak untuk mendapatkan kemuliaan. Terkumpullah pada diri iblis sifat yang diterangkan oleh Rasulullah shallahu’alaihi wasallam yaitu menolak perintah Allah yang hak dan meremehkan Adam Alaihi salam. Maka Allah sebut perbuatan iblis tersebut sebagai kesombongan.
Dan (ingatlah) dikala Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kau kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia menolak dan sombong. Dan ialah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (al-Baqarah: 34)
Meremehkan manusia
               Sifat kedua ini pun banyak mengenai kita, kaum muslimin. Sering sekali tanpa terasa, sebagian kita meremehkan dan menganggap rendah orang lain di bawah telapak kakinya. Sifat ini yang membawa sebagian insan meperolok-olokkan sebagian yang lainnya, padahal belum tentu yang memperolok-olokkan lebih baik dan lebih mulia daripada yang diperolok-olokkan.
Allah subnallahu wata’ala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lainnya, (karena) sanggup jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lainnya, (karena) sanggup jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). .. (al-Hujura-at: 11)
Pada ayat berikutnya Allah subhanallahu wata’ala menerangkan bahwa orang yang paling mulia ialah mereka yang paling bertaqwa di antara mereka.
…Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kau di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (al-Huju-raat: 13)
Hubungan antara sifat ini dengan sifat yang sebelumnya sangat erat. Kita lihat bahwa umat-umat sebelum kita yang menolak kebenaran dari para nabinya, biasanya sebab mereka meremehkan dan merendahkan para Nabi tersebut.
Allah subhanallahu wata’ala berfirman perihal nabi Nuh Alaihi wasallam:
Mereka berkata: “Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kau ialah orang-orang yang hina?” (asy-Syu’araa: 111)
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: “Kami tidak melihatmu, melainkan (sebagai) seorang insan (biasa) menyerupai kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kau mempunyai sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kau ialah orang-orang yang dusta”. (Huud: 27)
Dan Allah subhanallahu wata’ala berfirman perihal nabi Syu’aib Alaihi wasallam:
Mereka berkata: “Hai Syu`aib, kami tidak banyak mengerti perihal apa yang kau katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kau seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah sebab keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami. (Huud: 91)
Demikian pula Allah berfirman perihal nabi Luth Alaihi wasallam:
Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kota kalian ini;sesungguhnya mereka ialah orang-orang yang sok mensucikan diri.” (al-A’raaf: 82)
Lihatlah mereka menyebut para nabi dan para pengikutnya sebagai orang-orang yang rendah, orang-orang yang sok suci, dan orang-orang yang lemah dan miskin. Semua itu dalam rangka menolak kebenaran yang mereka dakwahkan.
Sombong sebab kekayaan
               Sebagian insan yang tidak mempunyai rasa syukur, ketika mendapatkan kekayaan harta dunia yang melimpah, mereka menjadi sombong, menolak kebenaran dan meremehkan manusia. Sifat inilah yang menyebabkan  Qarun menolak kebenaran yang dibawa oleh Nabi Musa Alaihi wasallam dan merendahkan insan lainnya, khususnya pengikut nabi Musa.
Allah menjelaskan kisahnya dengan firman-Nya:
Sesungguhnya Qarun ialah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) dikala kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kau terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”.  Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kau melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat oke (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kau berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Karun berkata: “Sesungguhnya saya hanya diberi harta itu, sebab ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bekerjsama Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih berpengaruh daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, perihal dosa-dosa mereka.  (al-Qashash: 76-78)
Sombong sebab kedudukan
               Sebagian yang lainnya menjadi sombong, menolak kebenaran dan menginjak-injak insan dikala mendapatkan kedudukan yang tinggi sebagai pemimpin dan penguasa. Ketika merasa dirinya lebih tinggi dan lebih mulia di atas insan yang lainnya, ia enggan untuk mendapatkan nasehat dan kebenaran dari orang yang dianggap lebih rendah dan lebih hina. Inilah yang membawa Fir’aun menolak dakwah Nabi Musa Alaihi wasallam dan merendahkan bani Israil.
Sesungguhnya Fir`aun telah berbuat kesombongan di muka bumi dan mengakibatkan penduduknya berpecah-belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak pria mereka dan membiarkan hidup belum dewasa perempuan mereka. Sesungguhnya Fir`aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (al-Qashash: 4) Wallahu a’lam
"Semoga Tulisan Ini Bermanfaat Bagi Kita Semua" Aamiin.

0 Response to "Sombong (Menolak Kebenaran Dan Merendahkan Manusia)"

Post a Comment