Menutupi Malu Sesama Muslim



MENUTUPI AIB SESAMA MUSLIM
Bismillaahirrahmaanirrahiimi
Assalamualaikum Warahmatullai Wabarkaatuh
#Oleh: Abu Samah Al-Hafidz

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dia bersabda:
“Tidaklah seorang hamba menutupi malu hamba lainnya di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari final zaman kelak.”
(HR. Muslim no. 2590)
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Seorang muslim dengan muslim yang lain ialah bersaudara, dia dihentikan berbuat zhalim dan aniaya kepada saudaranya. Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa yanga membebaskan seorang muslim dari suatu kesulitan, maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi malu seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari final zaman kelak.” (HR. Muslim no. 2850)
.
           Dari Ibnu Umar radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menaiki mimbar kemudian menyeru dengan bunyi yang lantang:

“Wahai sekalian orang yang hanya berislam dengan lisannya namun keimanan belum tertancap di dalam hatinya. Janganlah kalian menyakiti kaum muslimin, jangan pula kalian memperolok mereka, dan jangan pula kalian menelusuri.mencari-cari malu mereka. Karena barangsiapa yang mencari-cari malu saudaranya pasti Allah akan mencari-cari aibnya, dan barang siapa yang aibnya dicari-cari oleh Allah pasti Allah akan mempermalukan dia meskipun dia berada di dalam rumahnya sendiri.” (HR. Abu Daud no. 4236 dan At-Tirmizi no. 2032)
                                          Penjelasan ringkas:
            Allah Subhanahu wa Ta’ala bahagia untuk menutupi kesalahan hamba-hambaNya, dan Dia menganjurkan supaya para hamba-Nya juga melakukannya di antara sesama mereka. Untuk itu Allah Ta’ala telah menyediakan bagi mereka pahala yang sesuai dengan amalan baik mereka, yaitu Allah Ta’ala akan menyembunyikan malu dan mengampuni dosa mereka pada hari final zaman alasannya ialah mereka telah menyembunyikan malu saudaranya di dunia. Al-Qadhi Iyadh rahimahullahu berkata, “Tentang ditutupnya malu si hamba pada hari kiamat, maka ada dua kemungkinan makna:
Pertama: Allah akan menutupi kemaksiatan dan aibnya dengan cara tidak mengumumkannya kepada insan di padang mahsyar.
Kedua: Allah Ta’ala tidak akan menghisab aibnya dan tidak akan menyebut aibnya tersebut.” (Lihat Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim: 16/360)
Makna pertama di atas di dukung oleh hadits Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 
“Sesungguhnya (pada hari kiamat) Allah akan mendekatkan seorang mukmin, kemudian Allah meletakkan tabir dan menutupinya. Lalu Allah berfirman, “Apakah kau mengetahui dosa ini? Apakah engkau tahu dosa itu?” Dia menjawab, “Ia, betul saya tahu wahai Rabbku.” Hingga dikala Allah telah menciptakan dia mengakui semua dosanya dan dia menerka dirinya sudah akan binasa,, Allah berfirman kepadanya, “Aku telah menutupi dosa-dosa ini di dunia, maka pada hari ini Aku mengampuni dosa-dosamu itu.” Lalu diberikanlah padanya catatan kebaikan-kebaikannya.” (HR. Al-Bukhari no. 2261)
Sebaliknya, Allah Ta’ala telah melarang dan mengharamkan untuk memata-matai dan mencari-cari malu seorang muslim, walaupun itu dalam rangka amar ma’ruf nahi mungkar. Dan Allah telah mempersiapkan eksekusi yang menghinakan bagi pelakunya di dunia dan di akhirat. Adapun di dunia maka Allah pasti akan menghinakan dirinya walaupun dia tengah bersembunyi di dalam rumahnya. Adapun di akhirat, maka siksaan alam abadi lebih besar dan lebih hina, yaitu Allah akan membukan secara terang-terangan semua dosa dan aibnya dikala di dunia, supaya seluruh makhluk di padang mahsyar dapat melihatnya, wal ‘iyadzu billah.
Ini dosa kalau dia sekedar mencari-cari malu sesama muslim, walaupun dia tidak menceritakannya kepada orang lain. Akan tetapi kalau sesudah dia mencari-cari tahu malu saudaranya kemudian dia menceritakannya kepada orang lain, maka dia telah terjatuh ke dalam dosa besar kedua yang tidak kalah kecil dosanya dibandingkan dosa yang pertama, yaitu dosa ghibah. Karena sungguh, barangsiapa yang melaksanakan hal itu maka dia ialah termasuk orang-orang yang menghendaki kejelekan tersebar di tengah-tengah kaum muslimin. Dan kalau demikian keadaannya, maka atasnya firman Allah Ta’ala:

“Sesungguhnya orang-orang yang menyenangi tersebarnya kekejian di tengah-tengah orang-orang yang beriman, mereka akan memperoleh azab yang pedih di dunia dan di akhirat.” (QS. An-Nur: 19)
. Wallahu’alam.
“Semoga goresan pena ini bermanfaat bagi kita semua” Aamiin.

0 Response to "Menutupi Malu Sesama Muslim"

Post a Comment