6 Resiko Jelek Menunda Ijab Kabul Pada Usia 30-An Bagi Pria

 Demi mengejar karir atau lantaran merasa belum siap dari segi finansial 6 Resiko Buruk Menunda Pernikahan Pada Usia 30-an Bagi Pria

Demi mengejar karir atau lantaran merasa belum siap dari segi finansial, kebanyakan Pria menentukan untuk menunda pernikahan. Apalagi kalau dalam urusan mencari calon pendamping hidup, sering mencicipi kegagalan atau kekecewaan. Bukan cuma itu, standar kriteria Wanita calon pendamping hidup juga menjadi alasan Pria menunda pernikahan. Karena merasa belum menemukan sosok yang cocok, itulah yang sering dijadikan alasan terutama Pria yang sangat selektif dalam mencari pasangan.

Hingga hingga pada usia 30-an, masih merasa belum siap untuk membangun kehidupan Rumah tangga. Tentunya dengan alasan yang sudah disebutkan tadi. Padahal secara tidak sadar, aneka macam resiko kedepan yang pada balasannya bisa membuat Pria merasa rugi sendiri lantaran menunda pernikahan. Sebagai contohnya, berikut resiko jelek menunda komitmen nikah bagi Pria pada usia 30-an.

1. Semakin kedepan akan semakin pesimis lantaran fakta sosial

Pria pada usia 30-an memang sedang berada pada fase penuh pertimbangan. Pada usia ini juga Pria banyak mencar ilmu perihal kehidupan orang lain. Bukan selalu perihal keberhasilan, kebanyakan justru perihal kegagalan, perselingkuhan, perceraian, hingga hal lain yang menunjukkan bayangan jelek dalam pikiran. Otomatis ini akan membuat Pria menjadi lebih pesimis apalagi dari segi kondisi tidak begitu menguntungkan. Semakin jelek keadaan atau kualitas diri maka akan semakin membuat Pria menjadi pesimis. Resiko terburuk hal ini akan terus berlanjut hingga ada ketakutan salah dalam menentukan pasangan.

2. Semakin kecilnya peluang mendapat pasangan yang sesuai

Niat hati ingin mendapat pasangan sesuai yang diinginkan, pada usia ini peluang Pria mendapat pasangan yang sesuai justru semakin kecil. Untuk usia sebaya, dengan kriteria yang diinginkan tentu sudah dimiliki Orang lain atau setidaknya sudah ada ikatan penguat menyerupai pertunangan. Bahkan Wanita dengan usia dibawahnya juga sudah banyak yang menikah atau mempunyai korelasi serius dengan Pria lain. Otomatis peluang justru banyak didapatkan dari Wanita yang mempunyai selisih usia sangat jauh. Sekilas tidak ada masalah, akan tetapi perbedaan pola pikir akan membuat hambatan tersendiri. Kalaupun menemukan Wanita sebaya yang terlihat sesuai kriteria, niscaya ada sesuatu dibaliknya lantaran hingga usia segitu juga sama-sama belum menikah.

3. Saat kebutuhan anak sedang berada dipuncak justru sedang berada pada usia kurang produktif

Anggap saja pada usia 30 keatas menikah, satu tahun kemudian mempunyai anak pertama. 15 tahun kemudian untuk satu anak saja, sudah menginjak usia 45 keatas. Saat itu kebutuhan anak sedang berada dipuncak akan tetapi usia Pria justru sedang berada pada fase kurang produktif. Tentu saja kemampuan untuk kreatif akan semakin berkurang. Belum lagi kalau punya anak kedua, ketiga, bahkan keempat. Tentu akan banyak tantangan dalam memenuhi kebutuhan anak. Tidak perlu berpikir pada usia tersebut, akan mengalami kondisi bebas finansial. Berpikir terhadap kemungkinan terburuk, yaitu tanpa kerja tidak ada pemasukan. Maka kesimpulannya ialah harus bekerja keras disaat usia sudah kurang produktif lagi.

4. Kesalahan dalam menentukan lantaran tuntutan sosial

Saat sudah dianggap mencapai batas maksimal untuk membujang, meskipun sebelumnya sangat selektif kebanyakan Pria justru bisa berbalik 90 derajat dalam hal pola pikir. Hal ini disebabkan oleh tuntutan sosial yang membuatnya merasa harus segera menikah. Misalnya dalam sebuah pergaulan, usia 35 ialah batas maksimal untuk membujang. Lebih dari itu Pria akan dianggap tidak laris dan banyak mendapat pertanyaan kapan akan menikah. Inilah yang mendorong Pria untuk segera mengakhiri masa lajang. Jika sebelumnya punya ancang-ancang untuk memilih, maka ketika sudah merasa mendapat tekanan dan tuntutan sosial, cenderung menentukan asal yang penting bisa segera menikah.

5. Terlanjur merasa berada di zona nyaman

Meskipun keinginan menikah itu ada, akan tetapi pada usia menyerupai ini cenderung membuat Pria merasa berada di zona nyaman. Apalagi dalam duduk kasus gaya hidup mempunyai kebebasan dalam mengisi kekosongan, contohnya saja pergaulan bebas. Ini akan membuat Pria menyayangkan kalau meninggalkan zona nyaman tersebut meskipun ada keinginan untuk menikah. Resiko terburuk ialah terus melaksanakan penundaan atau tetap melaksanakan kebiasaan usang yang seharusnya ditinggalkan sehabis menikah.

6. Tidak tercapainya keinginan dan hidup dalam penyesalan

Ini khusus untuk yang merasa perlu mapan dulu gres merasa siap untuk menikah. Meskipun ketika ini terlihat potensi kedepan akan sukses, tapi nasib Orang tidak ada yang tahu. Bagaimana kalau nanti kesuksesan itu tidak didapatkan. Atau kesuksesan itu justru didapatkan sesaat dan sehabis itu habis atau terus mengalami penurunan. Tentu saja itu bisa menjadi penyesalan apalagi dalam mendapat pasangan, terjebak pada Wanita yang hanya memikirkan materi. Resiko buruknya ditinggalkan ketika mengalami kebangkrutan. Jika saja menentukan Wanita pada ketika masih berjuang, kemungkinan besar kedepannya masih bisa bertahan meskipun keadaan tidak mengalami peningkatan.

Itulah resiko jelek kalau suka menunda komitmen nikah pada usia 30-an. Sekilas memang tidak begitu berbahaya dan tidak begitu menjadi duduk kasus yang besar. Tapi ketika sudah menyadari dan mengalaminya, yang ada hanyalah penyesalan. Maka untuk itu, segeralah menikah dan hadapi semua. Tuhan tidak akan menunjukkan cobaan melebihi kapasitas Manusia. Pasti ada jalan dan Tuhan tahu mana yang terbaik.

Baca juga: 9 Kondisi Yang Membuat Pria Berpikir, Jangan Salahkan Aku Karena Selingkuh

0 Response to "6 Resiko Jelek Menunda Ijab Kabul Pada Usia 30-An Bagi Pria"

Post a Comment