Citra Islam Jadi Buruk

Para aktivis  Nahdlatul Ulama memprotes sejumlah tayangan televisi yang mendiskreditkan paham keislaman Ahlu Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja) yang marak belakangan ini. Sejumlah stasiun tv swasta, ibarat Trans 7, contohnya menayangkan kegiatan rutin bertajuk Khazanah yang berisi diskusi keagamaan. Namun bahan tayangan tersebut cenderung mendiskreditkan amalan Aswaja Nahdliyin, ibarat Shalawat Nariyah yang disebut sebagai shalawat sesat dan amalan lain yang dinilai bid’ah dan musyrik.

Khazanah yakni salah satu kegiatan tayangan berkonten Islami yang hadir setiap hari senin hingga jum’at jam 5.30 WIB di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia, Trans 7. “Sekilas tayangan ini menarik alasannya yakni berkonten Islami. Akan tetapi konten tayangan ibarat itu memang tidak digarap dengan serius. Ada sedikit yang abnormal dan bisa dibilang “lucu” bila kita cermati dan hal ini merupakan pembodohan bagi orang yang menontonnya,” ujar K.H Agus Sanyoto, ibarat diulas Sarkub.com.

Ia mencontohkan, tayangan Khazanah pada Jumat (12/4) lalu, di mana  penyiar perempuan yang membaca gambaran dalam tayangan KHAZANAH itu menjelaskan wacana macam-macam sholawat yang diamalkan oleh umat Islam. “Sang penyiar menyampaikan bahwa bermacam-macam shalawat itu sejatinya merupakan bid’ah yang diliputi khurafat dan takhayul yang sesat alasannya yakni tidak sesuai tuntunan Rasulullah Saw,” paparnya.

Sang penyiar, juga  mengucapkan kalimah Shalallahu ‘alaihi wassalam dengan makraj dan tajwid yang tak fasih.  “Ia tak bisa baca sholawat, tapi mendalilkan bahwa sholawat yang dibaca dalam khasidah-khasidah apalagi dengan iringan rebana dan goyangan tubuh orang-orang yang bersholawat, yakni bid’ah dlolalah yang potensial musyrik, menurutnya,” paparnya.

Karenanya, berdasarkan Agus, pihaknya menyerukan kepada umat Islam khususnya kepada kalangan Ahlussunnah wal-Jama’ah an-Nadhliyyah semoga serentak tidak lagi menonton tayangan KHAZANAH di stasiun TRANS 7 alasannya yakni televisi itu sudah menjadi alat Wahabi untuk mendakwahkan agamanya.

“Umat Islam perlu mencurigai nilai-nilai keislaman termasuk pemutarbalikan sejarah Islam yang ditayangkan di stasiun televisi. Karena, kebenaran nilai-nilai keislaman yang ditayangkan di dalamnya tidak sesuai dengan sejarah Islam yang sebenarnya,” tandasnya.

Selain kegiatan Khazanah, sejumlah sinetron juga dinilai mendiskreditkan umat islam, ibarat Ustadz Photocopy, Islam KTP dan sinetron wacana Haji Muhidin.

“Setelah Islam KTP yang menggambarkan si Madit sebagai haji yang kikir dan  suka menghina, gambaran Islam menjadi buruk. Kini ada sinetron SARA wacana Haji Muhidin yang akhlaknya tidak terpuji. Seolah-olah Islam mengajarkan begitu. Apa manfaat sinetron Ustadz Fotocopy? Saya lihat aneh, itu bukan karakteristik ustadz. Ustadz/guru agama tidak untuk becandaan,” tandas Eka Fitria Iskandar, Ketua Bidang Kajian Pengurus Besar Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Puteri (Kopri), Senin (15/4).

Ia juga mempertanyakan bagaimana reaksi KPI Pusat bila ada sinetron dengan dongeng pendeta atau biksu yang jahat, antagonis dan bodoh.  Menurut Eka, saat KPI bisa menghentikan kegiatan walisongo di Indosiar alasannya yakni masyarakat Hindu Bali protes dengan aksara jahatnya dari orang hindu, maka KPI juga harus menegur Trans7 dan Ustadz Photocopy di SCTV. “Komisi Penyiaran Indonesia sangat cepat memproses protes dari kaum minoritas. Giliran ummat Islam di-down grade, usang bertindak. Paradigma tayangan SARA harus segera diganti, semoga KPI segera menindaklanjutinya,” harapnya.

Menanggapi hal itu, Komisioner KPI, Idy Muzayyad mengaku telah memberikan teguran kepada televise terkait dan  meminta kepada forum penyiaran untuk tidak menayangkan isi siaran yang berisi serangan dan upaya menyalahkan suatu amalan dan pandangan keagamaan tertentu dalam Islam. “Media penyiaran dilarang mempertentangkan hal semacam itu di ruang publik media, apalagi melaksanakan penghakiman, alasannya yakni sanggup mengakibatkan keresahan dan ketidaknyamanan,” ungkapnya.

Idy menjelaskan, dalam setiap agama dan keyakinan seringkali terdapat perbedaan pandangan yang bersifat khilafiyyah dan tidak bisa dipaksakan dan saling menyalahkan. Justru sebaliknya perlu ditekankan perilaku saling menghormati dan memahami pandangan keagamaan masing-masing.

Apalagi Indonesia ini merupakan bangsa dengan kebhinekaan yang tinggi, sehingga penyeragamaan merupakan hal yang tidak mungkin. Begitupun dengan pandangan keagamaan Islam, yang terdapat perbedaan untuk hal-hal yang bersifat cabang (furu’iyah) bukan pokok (ushuliah). ”Misalnya detail tatacara peribadatan. Tahlil, ziarah kubur, shalawat, tawassul, maulid merupakan cuilan dari amalan riil umat Islam Indonesia, khususnya warga NU, sebagai akulturasi kebudayaan yang dibolehkan,” imbuhnya.

KPI, kata Idy jauh-jauh hari sudah mengantisipasi hal demikian dengan memunculkan pasal terkait pandangan keagaman ini dalam pasal 7 Pedoman Perilaku Penyiaran dan Stanar Program Siaran (P3SPS). Dalam pasal P3 disebutkan bahwa “Lembaga penyiaran dilarang menyajikan kegiatan yang merendahkan, mempertentangkan dan/atau melecehkan suku, agama, ras, dan antargolongan yang meliputi keberagaman budaya, usia, gender, dan/atau kehidupan sosial ekonomi”.

Sedang dalam  Standar Program Siaran (SPS) pasal 7 dinyatakan bahwa bahan agama pada kegiatan siaran wajib memenuhi ketentuan “tidak berisi serangan, penghinaan dan/atau pelecehan terhadap pandangan dan keyakinan antar atau dalam agama tertentu serta menghargai etika kekerabatan antarumat beragama”.

Dalam SPS poin berikutnya menyebutkan keharusan media penyiaran untuk “menyajikan muatan yang berisi perbedaan pandangan/paham dalam agama tertentu secara berhati-hati, berimbang, tidak berpihak, dengan narasumber yang berkompeten, dan sanggup dipertanggungjawabkan”.

Menanggapi aduan masyarakat dan berdasarkan pemantauan terhadap kegiatan Khazanah Islam Trans7, maka KPI akan mengambil langkah sesuai dengan UU Penyiaran, termasuk kemungkinan menjatuhkan hukuman kepada forum penyiaran yang bersangkutan. “Kita juga segera memanggil penanggung jawab kegiatan yang menayangkan siaran tersebut,” imbuh Idy.

0 Response to "Citra Islam Jadi Buruk"

Post a Comment