Di Indonesia, kita juga mengenal Harian Jurnal Nasional yg lahir di awal-awal reformasi yg alhasil resmi menghentikan percetakan pada pertengahan 2014 kemudian dan setrik penuh menjalankan Jurnas (Jurnal Nasional) setrik online.
Persaingan media Saat ini memang cukup ketat. Jika dulu media bersaing di kelasnya masing-masing, sekarang semua media menyerupai tumpah ruah dalam satu pasar yg sama. Kebutuhan informasi yg makin tinggi, memaksa pengusaha media melaksanakan inovasi. yg tak terbiasa bakal ditinggal.
Era digital juga telah Mengubah trik pandang masyarakat bakal kanal informasi. Detikcom menjadi penggagas lahirnya media online nasional. Andai saja, kala itu (sebelum reformasi) majalah Detik tidak dibredel pemerintah, mungkin Saat ini, media online belum menjamur dimana-mana.
(Baca Juga: 7 Anak Muda yg Kaya Raya dari Berinovasi di Internet)
Dibalik tumbuhnya media online, ada juga banyak cibiran dan tanya di masyarakat. Dari mana media online itu hidup (berpenghasilan). Dan seberapa besar laba yg sanggup diraih dari media online.
Jika hanya ingin dijawab setrik singkat, mungkin lebih baik menanyakan hal itu ke Chairul Tandjung yg mau membeli Detikcom seharga Rp100 miliar. Tentu otak bisnis CT (Sapaan Chairul Tandjung) tetap berfungsi dan tidak sedang sakit Saat memutuskan membeli Detikcom.
Begitu juga Harian Kompas yg sepenuh hati menggelontorkan miliaran rupiah untuk membangun Kompas Online dan media nasional lainnya.
Pengusaha-pengusaha media itu yakin, ada market yg besar dari media online. Toh, hingga sekarang Indonesia menyerupai diserang badai. Media online tumbuh di mana-mana dengan konsep dan sistem yg berbeda. Itu Maknanya, ada pangsa pasar yg besar di jejaring internet.
Berikut yakni lima konsep monetizing yg ditempuh oleh pengembang media online. Pada dasaranya, media online memiliki dua sumber pendapatan utama yaitu, dari pengiklan (advertiser) dan dari pembaca (reader atau user).
(Baca Juga: Mendulang "Durian Runtuh" dari Job Review)
1. Monetizing dengan Display Ad
Display ad atau display advertising yakni konsep monetizing paling digemari oleh media-media online. Bukan hanya di Indonesia, tetapi hampir semua media online di dunia menerapkan sistem display ad. Tak heran bila konsep ini disebut konsep monetizing sejuta ummat.
Dalam definisi sederhana Display Advertising yakni bentuk periklanan yg menampilkan objek visual menyerupai contohnya teks, logo, foto, gambar dan bahkan video. Banner iklan yg biasa muncul di sidebar sebuah situs gosip atau iklan melayang Saat mengunjungi sebuah situs, itulah yg disebut display ad.
Untuk mendapatkannya sanggup bermacam-macam trik, Keliru satunya dengan Memakai layanan Google Adsense. Pemasangannya pun sanggup melalui destop atau melalui aplikasi mobile.
Hanya saja untuk menjalankan konsep ini, butuh kesabaran dan waktu yg lama. Karena semua tergantung dari traffik. Sementara membangun traffic website yg memadai untuk mendapat iklan, memerlukan waktu usang dan panjang.
2. Monetizing dengan Content Creation
Jika Anda pernah mengunjungi KompasCom dan melihat slider dibagian Home, terkadang ada satu konten yg berbeda dengan gosip yg lain, itulah yakni Keliru satu bentuk iklan content creation atau iklan dalam bentuk konten alias postingan.
Jenis ini memang cukup baik untuk dijalankan sebuah media online. Melalui model bisnis ini, pesan-pesan sponsor yg bersifat iklan sanggup disampaikan dengan halus melalui konten-konten yg disajikan baik goresan pena maupun audio visual.
Jenis konten-nya sendiri sanggup bermacam-macam antara lain sponsored post, video based content, newsletter dan content marketing. Biasanya, situs gosip dengan trafik tinggi bakal selalu kebanjiran dengan iklan jenis ini. Karena pengunjung sanggup terkelabui dengan iklan berbentuk berita.
3. Monetizing dengan Community Engagement
Jenis iklan ini memang masih sangat langka digunakan oleh media online Indonesia. Karena untuk menerapkan jenis ini, basis pembaca sebuah situs sudah Musti besar lengan berkuasa dan memiliki komunitas dengan basis user atau reader yg solid.
Walau belum begitu massif diterapkan, namun sudah ada beberapa media online yg menghidupkan situs dengan konsep ini. Keliru satunya yakni media warga, Kompasiana.
Pada model bisnis ini, pihak pengiklan bakal mendanai atrik online maupun offline dari komunitas yg dimiliki sebuah media online tertentu baik berbentuk event sponsorship, lembaga sponsorhip dan/atau online activation.
Dengan model bisnis community engagement pesan-pesan berkonotasi iklan sanggup disampaikan melalui spanduk, poster, swag, atau material cetak lain yg menampilkan logo atau slogan pengiklan tersebut.
4. Monetizing dengan Community Insight
Model bisnis yg satu ini gotong royong tidak jauh berbeda dengan konsep yg ketiga di atas. Perbedaan, produk atau merk tertentu mengakibatkan komunitas dari sebuah media online lebih sebagai obyek research yg disebut merk and competitor research atau obyek survey yg disebut consumer survey.
Untuk beberapa kebutuhan marketing tertentu, beberapa anggota komunitas juga dikumpulkan setrik offline untuk research atau survey yg lebih terfokus dengan konsep focus discussion group. Konsep bisnis ini lebih sering digunakan oleh media online yg punya lembaga pribadi, menyerupai Detik, Kompas, Viva dan yg paling aktif yakni Kaskus.
Konsep monetizing dengan community insight memang menjadi sumber penghasilan yg besar. Namun untuk membuat itu, butuh waktu yg usang dan Musti diawali dengan membangun traffic yg memadai terlebih dahulu.
5. Monetizing dengan Premium Content Subscription
Ini yakni konsep monetizing yg gotong royong sangat langka di gunakan untuk media online. Ada beberapa media online di Indonesia yg menerapkan ini, namun tidak begitu terkenal di masyarakat. Hal ini alasannya konsep ini mengharuskan setiap pengunjung untuk membayar bila hendak membaca berita.
Biasanya untuk konsep premium content subscription ini digunakan oleh media online yg memiliki edisi cetak. Makara terbitan cetak itulah yg dijual dalam bentuk e-paper. Tempo, Bisnis Indonesia bahkan Harian Kompas juga Memakai hal ini.
Keliru satu situs gosip paling terkenal dalam konsep ini yakni Yosefardi.Com. Mantan wartawan Bisnis Indonesia ini menjual gosip seputar perekonomian di Indonesia dan analisanya kepada investor-investor asing. Situs berbahasa inggris itupun telah menjadi acuan ekonom dunia.
Display ad atau display advertising yakni konsep monetizing paling digemari oleh media-media online. Bukan hanya di Indonesia, tetapi hampir semua media online di dunia menerapkan sistem display ad. Tak heran bila konsep ini disebut konsep monetizing sejuta ummat.
Dalam definisi sederhana Display Advertising yakni bentuk periklanan yg menampilkan objek visual menyerupai contohnya teks, logo, foto, gambar dan bahkan video. Banner iklan yg biasa muncul di sidebar sebuah situs gosip atau iklan melayang Saat mengunjungi sebuah situs, itulah yg disebut display ad.
Untuk mendapatkannya sanggup bermacam-macam trik, Keliru satunya dengan Memakai layanan Google Adsense. Pemasangannya pun sanggup melalui destop atau melalui aplikasi mobile.
Hanya saja untuk menjalankan konsep ini, butuh kesabaran dan waktu yg lama. Karena semua tergantung dari traffik. Sementara membangun traffic website yg memadai untuk mendapat iklan, memerlukan waktu usang dan panjang.
2. Monetizing dengan Content Creation
Jika Anda pernah mengunjungi KompasCom dan melihat slider dibagian Home, terkadang ada satu konten yg berbeda dengan gosip yg lain, itulah yakni Keliru satu bentuk iklan content creation atau iklan dalam bentuk konten alias postingan.
Jenis ini memang cukup baik untuk dijalankan sebuah media online. Melalui model bisnis ini, pesan-pesan sponsor yg bersifat iklan sanggup disampaikan dengan halus melalui konten-konten yg disajikan baik goresan pena maupun audio visual.
Jenis konten-nya sendiri sanggup bermacam-macam antara lain sponsored post, video based content, newsletter dan content marketing. Biasanya, situs gosip dengan trafik tinggi bakal selalu kebanjiran dengan iklan jenis ini. Karena pengunjung sanggup terkelabui dengan iklan berbentuk berita.
3. Monetizing dengan Community Engagement
Jenis iklan ini memang masih sangat langka digunakan oleh media online Indonesia. Karena untuk menerapkan jenis ini, basis pembaca sebuah situs sudah Musti besar lengan berkuasa dan memiliki komunitas dengan basis user atau reader yg solid.
Walau belum begitu massif diterapkan, namun sudah ada beberapa media online yg menghidupkan situs dengan konsep ini. Keliru satunya yakni media warga, Kompasiana.
Pada model bisnis ini, pihak pengiklan bakal mendanai atrik online maupun offline dari komunitas yg dimiliki sebuah media online tertentu baik berbentuk event sponsorship, lembaga sponsorhip dan/atau online activation.
Dengan model bisnis community engagement pesan-pesan berkonotasi iklan sanggup disampaikan melalui spanduk, poster, swag, atau material cetak lain yg menampilkan logo atau slogan pengiklan tersebut.
4. Monetizing dengan Community Insight
Model bisnis yg satu ini gotong royong tidak jauh berbeda dengan konsep yg ketiga di atas. Perbedaan, produk atau merk tertentu mengakibatkan komunitas dari sebuah media online lebih sebagai obyek research yg disebut merk and competitor research atau obyek survey yg disebut consumer survey.
Untuk beberapa kebutuhan marketing tertentu, beberapa anggota komunitas juga dikumpulkan setrik offline untuk research atau survey yg lebih terfokus dengan konsep focus discussion group. Konsep bisnis ini lebih sering digunakan oleh media online yg punya lembaga pribadi, menyerupai Detik, Kompas, Viva dan yg paling aktif yakni Kaskus.
Konsep monetizing dengan community insight memang menjadi sumber penghasilan yg besar. Namun untuk membuat itu, butuh waktu yg usang dan Musti diawali dengan membangun traffic yg memadai terlebih dahulu.
5. Monetizing dengan Premium Content Subscription
Ini yakni konsep monetizing yg gotong royong sangat langka di gunakan untuk media online. Ada beberapa media online di Indonesia yg menerapkan ini, namun tidak begitu terkenal di masyarakat. Hal ini alasannya konsep ini mengharuskan setiap pengunjung untuk membayar bila hendak membaca berita.
Biasanya untuk konsep premium content subscription ini digunakan oleh media online yg memiliki edisi cetak. Makara terbitan cetak itulah yg dijual dalam bentuk e-paper. Tempo, Bisnis Indonesia bahkan Harian Kompas juga Memakai hal ini.
Keliru satu situs gosip paling terkenal dalam konsep ini yakni Yosefardi.Com. Mantan wartawan Bisnis Indonesia ini menjual gosip seputar perekonomian di Indonesia dan analisanya kepada investor-investor asing. Situs berbahasa inggris itupun telah menjadi acuan ekonom dunia.
(Baca Juga: 10 Bloggers Murni Berpenghasilan Terbesar di Dunia)
Nah...
Itulah kelima konsep monetizing atau sumber panghasilan yg sanggup dilakukan media online. Sama dengan menjalankan blog atau situs bisnis yg sanggup menghasilkan uang, media online juga punya banyak sumber mata uang.
Jika Anda tertarik membuat media online, maka Musti tahu konsep monetizing di atas.
Salam....
0 Response to "Begini Caranya Media Online Menghasilkan Uang"
Post a Comment